Senin, 21 November 2011

Si Pemalu Jatuh Cinta


There she is. Lagi-lagi dikerumunin teman-temannya. Bermain, bercanda, bertawa... bertawa? Haha, itu bisa-bisanya aku aja biar kedengarannya sosok dengan 2 kata sebelumnya. Seperti biasa, aku cum abisa melihatnya dari jauh, dengan harapan tinggi suatu saat dia akan menyadari bahwa selama ini aku memperhatikannya dan dia akan datang kepadaku. Tapi... ah... kayaknya ga mungkin. Cewek secantik dia pasti udah terbiasa diliatin cowok. Dia pasti ga bakal ngerasa aneh kalau aku ngeliatin dia. satu-satunya cara agar dia melihatku ya aku harus lebih dulu mendekatinya.
“woi. Melamun aja lo” sahabatku menegur
“Biasalah. Lo tau sendiri kebiasaan gw kalau istirahat tuh apa”
“Lagi-lagi. Lo ga bosan ya?”
“Gw ga bakalan bosen sama dia”
“Bukan itu. lo ga bosen cuma bisa ngeliatin dari jauh?”
“Mau gimana lagi?” Aku mengangkat bahu
Aku ga punya keberanian untuk dekati dia. bukan... dia ga gigit kok. Tapi ga tau kenapa aku selalu keringaat dingin, jantung berdebar kencang, kaki gemetaran tiap ketemu dia. rasanya udah kayak mau UN aja. Aku ga bisa begini terus. Aku harus memulainya duluan. Harus bisa! Sekarang tinggal mikirin cara untuk dekatin. Bagian tersulit.
* * *
Ah... bel pulang. Musik terindah di sekolah. Hehe, saatnya aku pulang dengan motorku yang setia. Hei, itu dia! kok belum pulang? Tumben
“Hei, kok belum pulang? Ga dijemput?”
“Iya nih... teman-temanku udah pulang semua”. Lah??
“Ga nyambung...”
“Oh iya. Sori, aku lagi panik. Ban mobilku pecah, makanya sopirku telat.”
Duh... boro-boro aku punya mobil. Bajaj aja enggak!
“Mau pulang bareng?”
“Gapapa nih?”
“Iya. Udah, naik aja. Daripada kamu nunggu panas-panas gini kan?”
“Ya udah”
Yay!!! Dewa-dewi tersenyum padaku hari ini. Awal yang cukup baik. Ga boleh disia-siain nih.
“Nah, kita udah nyampe”
“Thanks yah. Aku ga tau nasibku gimana kalau tadi ga ada kamu”
“Apasih? Cuma nganterin doang kok”
“Emm... ga mau masuk dulu?”
“Ngapain?”
“Minum kek, apa kek. Emang kamu ga haus?”
“Oh... udah biasa kok. Aku pulang dulu ya?”
“Ya udah. Sekali lagi thanks yah?”
What??? Gitu aja? Bodohnya aku, kenapa ga minta nomornya tadi? Ga mungkin aku balik lagi sekarang!!! Huh... dewa-dewi langsung pasang muka cuek ngeliatnya *lebaynisasi*
* * *
“Woi! Gila lo. Gw udah biasa liat lo murung. Tapi hari ini murung lo udah stadium 4!”
“Huh! Gw baru aja lewatin kesempatan gw”
“Ya udah, cari aja dana umum” Heh???
“Malah becanda”
Dan aku menceritakan padanya kebodohanku kemarin, dan dibalas dengan reaksi “Kenapa lo lewatin kesempatan gitu?” Duh... kan tadi udah dibilangin... sekarang aku harus cari cara lain. Yaitu...
“eh, ingat aku?”
“Ingat lah... kan baru kemarin kamu nganter aku pulang”
“bagus deh. Aku mau minta tolong nih”
“Tolong apaan?”
“Kamu bisa ajarin aku tentang replikasi DNA ga?”
“Em... oke”
Yay!!! Sambil menyelam aku tenggelam. Sambil belajar tentang replikasi aku bisa mulai dekati dia. selesai diajarin, aku minta nomor hapenya dengan alasan bisa langsung nanya kalau ada yang ga dimengerti. Hehe, oke kan?
Malamnya aku mikir, gimana caranya smsin dia. sebenarnya gampang sih, tinggal ambil hape trus diketik kan? Bukan itu!!! Apa yang harus kuketik? Huh, nekat aja. Aku langsung mengambil hapeku. Dilayarnya udah tertulis “1 message received”. Cewek itu sms
“Aku bisa curhat ga?”
“Sori, telat. Aku ga liat tadi. Kok curhatnya ke aku?”
“Soalnya kamu kan cowok, pasti bisa ngerti masalah ini”
“em... oke”
“Gini, ada 1 cowok yang aku suka. Tapi dia tuh pemalu banget. Aku tiap hari cume ngeliatin dia dari jauh. Kayaknya dia ga sadar kalau aku suka dia”
“Trus?” Dia lagi suka cowok lain... gimana dong??
“Menurutmu aku harus gimana?”
“Kamu mulai duluan aja. Tapi jangan terlalu agresif. Jaga Image dong :P”
“Trus gimana kalau dia nganggap biasa aja?”
“Usaha aja dulu pelan-pelan”
“Oke deh, thanks ya?”
“Kalau boleh tau, cowoknya siapa?”
“Aku ga punya cowok kok ;)”
“Maksudku cowok yang kamu suka tuh siapa...??”
“Kamu...”

Note: Aku menantang diriku untuk menulis cerpen tanpa nama tokoh :P

Minggu, 20 November 2011

Foto

Aku baru ganti foto profil FB. ga tau kenapa aku jadi makin sering ganti foto. kayaknya level kenarsisanku udah meningkat ke stadium 0 (nol) dari yang sebelumnya stadium -1 (minus satu) <-- apaan sih? emangnya mereka ga tau bacanya? *timpuk pake sendal*

so, aku baru ganti foto dan aku minta pendapat kedua sahabatku Shiina dan Mizumi. kata mereka... fotoku mirip Judika! Hihihi... diliat dari mana yah? diliat dari gunung Kelimutu dan akunya di Pulau Komodo kali :P

Terakhir, aku cerita kisah ini ke Mba' Mey. melalui sms

Aku: Mba', kata Shiina dan Mizu fotoku mirip Judika! :P
Mba': Judika?
Aku: Yup
Mba': Yang mana tuh?
Aku: *nangis di bawah shower*

Senin, 14 November 2011

Playlist

Entah kenapa malam ini aku tiba-tiba mau posting ke kalian tentang playlist di hapeku si Corby. xixixi. kenapa ngikik? aku sendiri ga tau kenapa... *hening*

Playlist #1: Galau *Hiya.... judulnya... :P*
1. Geisha - Remuk jantungku
2. Dewa - Kangen. gatau juga kenapa sampai lagu ini kumasukkin ke hape
3. Candy - Bila *yay!!*
4. David Archuleta - Crush
5. David Cook - Always be my baby
6. Utopia - Hujan
7. Vierra - No
8. VOP -Tangisan Hati. seingatku nih lagu udah dari SMP kelas 3 di hapeku
9. Crossbottom - 9 Tahun. ada yang tau? :3
10. Crossbottom - Lagu cinta
11. SO7 - Seberapa pantas
12. Padi - Menanti sebuah jawaban *Hiyaa...*
13. Utopia - Serpihan hati
14. Phil Collins - You'll be in my heart
15. Aerosmith - I don't wanna miss. Yeah!!!
16. Avril Lavigne - When your gone. Yeah!!! *lagi*
17. Owl City - To the sky
18. Jason Mraz ft. Colby Caillat - Lucky. Aku ngisi lagu ini sejak tau kalau seseorang ternyata juga suka sama lagu ini. aaa..... *tutup muka malu*
19. Ricky Martin - Private emotion. Aku ngisi ini karena kata Encim Tuteh lagu ini cocok buatku :P
20. Sarah Mclachlan - Angel. Ada juga yang versi Westlife
21. Shania Twain - From this moment
22. Westlife - My love. Aaa.... jadi ingat masa SMP *mata menerawang*
23. MLTR - You took my heart away
24. MLTR - Paint my love
25. Savage Garden - I knew I loved you. Temenku Iffa bilang kalau lagu ini narsis banget :P
26. Candy - I wanna be with you. Xixixixi :P
27. Naff - Kenanglah aku
28. Ungu - Laguku. Jadul banget ga? :P
29. Juliette - Hitam Putih
30. BIP - Ada yang hilang
31. Slank - Ku tak bisa
32. Andra & The Backbone - Selamat tinggal masa lalu
33. Stinky - Mungkinkah. gubrak!!
34. terakhir, rasanya kurang kalau sebagai seorang YL (Yui Lover) aku ga punya lagunya. dan lagu yang masuk di playlistku adalah.... jeng jeng jeng!!! YUI - Good-bye days

hehe. gimana seleraku? kata sebagian orang, kita bisa mengenal karakter seseorang dari lagu-lagu yang suka didengarnya *kata siapa?*. semoga aja postingan ini bisa menjadi sebuah piece of puzzle untuk mengenal Indra. Wasalam... :3

Minggu, 13 November 2011

Belajar dari Andre

Andre di atas adalah Andre Taulani. tau kan? tau kan? Bukan Tahu isi, tahu lagi, apalagi Tauk ah, gelap. lah? kenapa jadi ngelantur gini?

oke, bagi yang sering nonton OVJ, pasti tau dong kalau Andre suka ngegombal pake kalimat-kalimat yang cihuy. contoh:

Andre: Bapak kamu tukang ojek ya?
Cewek: Kok tau?
Andre: Soalnya dia telah mengantarku ke hatimu

ceileh... . nah, bermodal nekat *dan terlebih dulu do'a minta keselamatan*, aku ngomong gitu ke temenku. yang cewek lah, masa cowok? *plak* kebetulan dia waktu itu lagi buka-buka ensiklopedi tentang teh, trus aku nyeletuk

Aku: Eh, tau tidak kalau teh sebenarnya rasanya pahit
Dia: Kah?
Aku: iya, tapi karena ada kau dia jadi manis

gubrak! Bumi gonjang-ganjing, bintang kelap-kelip. serentak semua temen-temenku di perpus bilang "Ciieee......" bahkan pake bagi 2-4 suara dengan nada dasar cis #apasih? mmm.... sesungguhnya aku sendiri ga sadar ngomong gitu. kebanyakan nonton OVJ kale :P

akhirnya aku mencoba mencari kalimat-kalimat baru. aku ga mungkin pake tanya "bapak kamu...". kesannya aku sok tau banget kan? kecuali 1 temenku yang bapaknya polisi, aku bilang gini

aku: Bapak kamu polisi yah?
Dia: kok tau? *persis banget di OVJ :P*
aku: soalnya kau telah memborgol hatiku.

hiyaa.... suit suwiw :P
berikut ini gombalan-gombalan ga banget yang aku ciptain:

1.
aku: eh, lagi mendung ya?
dia: iya. kenapa?
aku: kok di sini cerah? *sambil nunjuk ke mukanya*
huhuy :P

2.
aku: eh, jangan berdiri dekat bunga itu!
dia: hah? kenapa? *dengan sedikit panik*
aku: kasian nanti dia minder kalah cantik dengan kau
xixixi kok aku bisa gini yah? *nutup muka malu*

3.
aku: eh, kamu suka berkebun?
dia: tidak tuh
aku: tapi kok kau bisa bikin hati saya berbunga-bunga?

4.
aku: eh, saya ni cowok tak berhati
dia: he? kenapa?
aku: soalnya kau sudah mengambil hati saya
gya.....

dan beberapa yang ga bisa kuingat. jangan pernah meniru ini guys. memalukan!!! *nangis nutup bantal*

Sabtu, 12 November 2011

Galau tengah malam

Malam minggu ini aku bener-bener gatau mau ngapain. smsan, sama siapa? buka internet, mau ngapain? nonton film, apa yang mau ditonton? baca komik, apa yang mau dibaca? AHH!!!! Dasar!!! Pada akhirnya jadi posting yang ga jelas gini. maafkan diriku guys T.T

Jumat, 11 November 2011

Dia Berada Jauh di Sana

kulihat dia sedang duduk beberapa meter dariku. dengan santai dan cueknya dia mengetik sesuatu di laptopnya. aku tau, pasti dia sedang nge-blog. itu kan hobinya? tak sadar kalau aku sedang mengamatinya. sebenarnya sih dia ga jauh beda dengan cowok lain. putih, tinggi, pokoknya gitu deh. tapi kenapa sepertinya ada sesuatu yang membuatku ngeliatin dia terus ya?

hampir setiap hari sepulang sekolah dia pasti nge-blog. heran, kayaknya ada aja yang dipostingnya. aku sendiri ga pernah coba-coba buka blognya, ya karena ngurus blog sendiri aja aku suka males, apalagi ngeliatin blog orang kan? setiap hari aku melihatnya sambil menunggu mamaku jemput sekolah. deketin? ga ah. malu. biarlah aku menatapnya dari kejauhan sampai aku mengetahui apa yang sebenarnya kurasakan ini. ga jelas banget tauk rasanya. bukan... bukan manis asem asin rame rasanya gitu

"kamu suka dia ya?" tanya Putra
"Eh? kata siapa? enggak kok. ga tau kenapa aku suka ngeliatin dia" balasku
"udah, deketin aja. ga usah gengsi"
"apaan sih? ga mau. biar aku ngeliatin dia dari jauh aja aku dah puas kok"
"ya elah, niat ga sih?"
"emang sebenarnya ga niat"
"kalau gitu ngapain suka?"
"Emangnya salah kalau aku suka dia?"
"aku jadi bingung sendiri. terserah kamu deh"

haha, dia menyerah. aku sendiri sebenarnya ga tau sama yang kurasain ini. ada yang bisa bantu aku?

-------------

Anoo.... aku sebenernya ga yakin apa ini pantas dimasukin ke kategori cerpen. Cuma asal-asalan nulis T.T

Kamis, 10 November 2011

Mendengarkan Itu Baik...

“Von, Lo mau ga jadi pacarku?” Tanya Doni.
“Hah? Serius?” Voni terkejut.
“Iya. Untuk apa gw kirim-kirim cerpen, coklat, bunga, dan sebagainya ke lo?”
“Jadi, lo kasih gw yang begituan karena ada maunya? Ih...”
“Ga gitu juga sih, gw ga tau aja caranya ngungkapin perasaan gw”
“Ya tinggal bilang aja ‘Von, gw suka ama lo’. Gampang kan?”
“Ye, ngomong sih gampang. Gw selalu gugup kalau ketemu lo”
“Yo weis. Beri gw waktu, nanti baru gw jawab”

Tuut... tuut... tuut... . Voni mematikan telpon dari Doni, “Gila tuh cowok. Dia pikir aku cewek apaan? Dikasih coklat langsung leleh sama dia” Pikirnya sambil ngelirik Dila adiknya yang sedang asik menghabiskan coklat pemberian Doni. Ga takut rugi ya tu cowok? Mending coklatnya dimakan sendiri kan? Ya jelas aja ga rugi, yang dikasih cuma coklat murahan yang bisa dibeli seharga 2000 di kios-kios terdekat!
Keesokan harinya Doni mengejar-ngejar Voni. “Von, gimana? Apa jawaban lo?” Tanya Doni. Voni tidak menghiraukannya.

“Von! Lo denger ga?” Doni berdiri menghalangi Voni.
“Ih... apa sih?”
“Jawaban lo?”
“Jawaban apa?”
“Telpon kemarin”
“Yang mana?”
“Lo mau jadi pacar gw ga?”
“Oh, yang itu? Kan gw udah bilang kalau gw pikirin dulu”
“Trus? Udah dipikirin?”
“Belum”
“Kapan lo mikirnya?”
“Ah!!! Tauk ah!! Minggir, minggir!”

Voni berlari kembali ke kelasnya “Kenapa Von?” Tanya Silvi kaget ngeliatin Voni keringetan. “Doni” Jawabnya singkat. Bzzz.... HP Voni bergetar. Di layarnya tertera: Doni memanggil... . Reject

* * *

Udah lama Doni ngejar-ngejar Voni, tapi Voni sama sekali ga tertarik sama dia. Hanya 1 cowok yang ditaksir Voni, Rio. Voni terlalu gengsi untuk memulai lebih dulu sehingga dia sulit mendapatkan Rio. Sampai suatu hari sekolah mengadakan sebuah pentas seni. Karena sama-sama terlibat dalam OSIS, Voni dan Rio ikut menjadi panitia. Dari sinilah Voni mulai mendekati Rio. Dimulai dengan tukar-menukar nomor HP dengan alasan keperluan OSIS Voni akhirnya berhasil menarik perhatian Rio. Di akhir acara pentas seni itu Rio memintanya untuk menjadi pacarnya.
Hubungan mereka udah berjalan 1 bulan. Saat Voni datang ke rumah Rio untuk mengajaknya makan di luar, Rio sedang bersama teman-temannya. Btw, kok cewek yang ngajak sih? Ga jelas lo Ndra

“Hebat banget lo Ri, bisa dapatin Voni” Puji Alex
“Iya, hebat untuk dia, sial buat gw. Hilang dah mobil gw” Kata Dewa
“Udah, ga usah lama-lama. Mana kunci mobil lo? Gw udah menang kan? Udah bisa jalan sebulan dengan Voni” Tagih Rio
“Iya, iya. Nih. Curang lo. Kalau gw tau si Voni juga naksir lo, ga bakal gw tantang” Katanya sambil menyerahkan kunci mobilnya.

Voni yang melihat hal itu merasa hatinya hancur. Jadi selama ini dia Cuma dijadiin barang taruhan? Dia berjalan ke hadapan Rio. “Voni? Kenapa lo di sini?” Rio kaget. Tanpa menjawab, Voni langsung menamparnya keras-keras lalu berlari keluar. Rio mengejarnya

“Von, sori gw ga jujur dari awal sama kamu” Kata Rio
“...”
“Von, dengerin dulu penjelasan gw...”
Voni memberikan tatapan “Buruan ngomong atau gw gampar lagi”
“Aku memang jadiin kamu taruhan...”
“Kalau gitu udah ga ada yang perlu dijelasin lagi”
“Tapi...”

Terlambat. Voni sudah lebih dulu naik taksi dengan berurai air mata.

* * *

Voni langsung mengunci diri begitu dia tiba di kamarnya. Dia meminta Silvi untuk datang menemaninya.

“Rasanya sakit bamget Vi, udah lama gw naksir dia. Giliran udah jadian eh ternyata cuma buat taruhan.” Kata Voni sambil terisak.
“Duh... trus gimana dong? Gw jadi bingung mau ngapain”
“Emang dasar gwnya aja yang bego. Harusnya gw tau kalau Cuma dimanfaatin doang”
“Udah, sabar aja. Mungkin dia emang ga pantas buat lo”
“. . .”
“Kita makan di luar yuk?”
“Ya udah. Tunggu, gw siap siap dulu”

Selama mereka makan, Rio tak henti-hentinya menelpon Voni. “Apa sih maunya? Ga cukup apa dah dapat mobil gitu?” Reject. Matiin hape

* * *

Malamnya Voni curhat ke Doni. Dia menceritakan bagaimana siang tadi dia sudah capek-capek ke rumah Rio, mendengar percakapan Rio, dia menampar Rio, dan bagaimana Rio mengganggu makan siangnya dengan Silvi.
Doni menawarkan diri untuk menghajar Rio sampai jadi bubur *lebay*, tapi ditolak Voni “Percuma Don, dia ga pantes menerimanya. Tunggu aja sampe gw sewa mobil perata jalan buat lindas dia. Mau gepeng gepeng dah!”. Doni memikirkan kata-kata Voni. Dari nada bicaranya, kelihatannya Voni masih suka sama Rio. Dia kecewa berat karena dipermainkan Rio. Dia harus bicara dengan Rio. Doni langsung menelpon Rio, mengajaknya ketemuan sepulang sekolah untuk membicarakannya. Rio setuju.
* * *

“Von, gw mau ngomong sesuatu sama kamu. Gw tunggu di cafe nanti malam jam 7” Doni mengirim sms ke Voni.
“Ngomong apa?”
“Udah, datang aja. Penting nih”

Penting kok malam-malam? Pikir Voni. Dia bersiap untuk ke cafe dan mengajak Silvi. Di Cafe, dia terkejut melihat Doni duduk di samping Rio. Langsung aja dia mengambil ancang-ancang berbalik siap pergi tapi ditahan Doni.

“Apaan sih? Kalau gw tau lo ngajak dia juga ga bakal gw mau datang”
“Makanya gw ga bilang karena gw tau lo pasti ga mau”
“Don, minggir. Gw aja eneg liat mukanya” Sambung Silvi.
“Tunggu. Oke, lo cukup dengerin gw aja. Ga usah ngeliat dia. kalau perlu gw usir dia ke tempat jauh dulu sampai lo selesai dengerin gw”

Setelah mereka duduk, Doni mulai berbicara “Von, waktu itu Rio lagi nyiapin kejutan untuk lo sama temen-temennya”.”Oh, kejutan? Tau kalau gw cuma dijadiin taruhan aja udah cukup buat gw terkejut” Kata Voni sinis. “Denger dulu. Gw belum selesai”
Rio ternyata juga naksir Voni. Mereka berdua sama-sama takut memulai. Saat mereka mulai berhubungan Dewa menantang Rio untuk pacara dengan Voni selama 1 bulan. Tantangan itu berada di luar perhitungan Rio. Tapi Rio ga pernah menerima tantangan itu.

“Tunggu, tunggu. Gw potong bentar”
“Kenapa?”
“Gw ingat bener kalau Rio bilang ‘Mana kunci mobil lo? Gw udah menang’. Bukannya itu berarti Rio udah nerima tantangan itu?”

Setelah Rio mengatakan itu, Voni sudah tidak mengetahui kelanjutannya karena dia pulang setelah menampar Rio. Rio mengembalikan kunci itu sambil berkata “Wa, ini kunci mobil lo. Gw pacaran sama Voni bukan untuk dapatin mobil lo. Gw emang udah lama suka sama dia. lagian gw ga pernah bilang kalau gw nerima tantangan lo kan?”
Voni terdiam. Coba kalau waktu itu dia mau mendengar penjelasan Rio sampe selesai. Dia menatap Rio.

“Bener Ri?” Tanya Voni.
“ Iya. Gw udah coba jelasin ke lo tapi telpon gw ga diangkat-angkat”
“Don, kenapa lo mau repot-repot bikin kita balikan?”
“Feeling gw yang bilang kalau lo masih suka sama dia. ternyata bener kan? Gw lebih seneng kalau liat lo bahagia. Kalau Rio berani nyakitin lo, gw hajar dia sampe jadi bubur”
“Gimana Ri? Berani terima resiko?” Tantang Silvi
“Anything for love” Kata Rio. Ceileh...
“Oh ya, gw juga mau kasih pengumuman. Gw dan Silvi hari udah jalan sebulan”

“Hah?” Voni kaget. “Kok lo ga bilang-bilang sih Vi?” tuntut Voni. “Hehe, kejutan...” Kata Silvi. Mereka menikmati malam indah itu sambil menikmati jus. Lah? Kok jus? Ya emang itu yang dipesan mereka. Gimana sih lo?

Senin, 07 November 2011

Cinderella Versi Indra

Siapa yang tidak tahu kisah Cinderella yang dimulai dengan kehidupannya yang sebagai pembantu dan Ibu tiri yang jahat sebagai majikannya? Di saat seorang pembawa pesan dari istana datang itulah titik balik dari kehidupannya yang mengerikan. Di saat dirinya meratapi nasibnya yang tidak bisa pergi ke pesta dansa itu, tiba-tiba muncullah seorang Ibu peri yang memberinya kereta kencana, gaun, dan sepatu kaca sehingga dia bisa pergi ke pesta dansa di istana dan menikahi pangeran. Kisah hidup Cinderella selanjutnya tidak pernah kita ketahui, karena yang kita tahu hanyalah mereka hidup bahagia selamanya...
Cindy, seorang gadis 19 tahun yang berkuliah di sebuah Universitas ternama di jurusan hukum, dan tinggal menyendiri. Kesehariannya biasa saja, kuliah, mengurusi diri, mengerjakan tugas, seperti mahasiswa kebanyakan. Suatu hari, orang tuanya mengontrak sebuah rumah kecil kosong sederhana untuknya yang lebih dekat dengan kampusnya. "Yah, ga jauh beda sama ngekos lah. Kebetulan rumah Retha deket, dan teman-teman ada yang ngekos di sekitar sini, jadi ga terlalu sepi-sepi amat." Pikirnya.
Cindy pun memindahkan barang-barang dari kosnya ke rumah itu. Satu-persatu mulai dari lemari, meja belajar, meja rias, tempat tidur, TV, kulkas, dan sebagainya di turunkan dari mobil pindahan yang di sewa orang tuanya dan mulai di tempatkan di rumah tersebut. Ketika sedang bersih-bersih gudang, Cindy tanpa sengaja menemukan kotak sepatu dari kayu jati berukir rumit indah. Isinya adalah sepatu kaca.
Cindy terpesona. Baru pertama kali dia melihat sepatu seindah itu "Ini beneran kaca? Kayak punya Cinderella deh. Bagus banget. Gimana cara buatnya ya?". Cindy mencoba sepatu itu, dan langsung saja matanya kabur, dan dia merasa pusing. Dia pingsan...

* * *

"Cinderella!!!! Di mana kamu??? Cepat kemari!!!" Terdengar suara nyaring dari jauh membuat Cindy terbangun. "Disini kamu rupanya Cinderella. Dicariin dari tadi ga ketemu-ketemu. Ngapain kamu?" Tanya seorang gadis bermuka masam di hadapan Cindy. Cindy bingung "Cinderella? Namaku Cindy, tapi ga ada 'rella'-nya. Nih cewek siapa lagi baru datang langsung marah-marah?" pikirnya.

"Eh....... siapa kamu? Ngapain di rumahku? Masuk tanpa ijin lagi." kata Cindy.
"Halow... aku kakak kamu. Cepat ikut! Cuci bajuku!" katanya gadis itu.
"Kakak? Aku ga punya kakak!"
"Jangan pura-pura ga tau. Aku memang bukan kakak kandungmu. Aku kakak tirimu! Aku juga ogah jadiin kamu saudari kandung. Ayo cepat cuci baju! Mau kulaporin mama?" Ancamnya sambil menarik Cindy.

Cindy baru memperhatikan kalau dia sekarang tidak berada di rumah yang baru saja dia tempati. Dia berada di sebuah rumah bergaya klasik tua seperti di film-film bersetting jaman dulu. Dunia di luar juga sudah berubah seperti sebuah kerajaan. "Kenapa aku bisa ada di sini? Kan tadi aku masih di gudang? Kenapa juga dia manggil aku Cinderella? Bajuku juga jadi kotor gini." Cindy kebingungan. Dia mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
"Sepatu itu!! Saat pertama mencobanya tadi aku pingsan. Apa itu betul-betul sepatu ajaib dan membawaku ke dunia Cinderella? Kalau benar, berarti aku udah jadi Cinderella! Aduh apa yang harus kulakukan sekarang?" setengah panik, dia berpikir mencari cara kembali ke dunianya. Yang dia ketahui saat ini adalah sepatu itu telah membawanya ke dunia Cinderella, bahkan telah menjadikannya Cinderella! Begitu dia kembali ke kamar tadi untuk mencari sepatu itu, sepatu itu telah hilang.

"Selesai mencuci kamu pergi belanja. Beliin lauk buat makan malam, trus masak. Nih uangnya! Awas kalau kamu korupsi" kata kakak tirinya.
"Iya kak. Nanti kumasakin spageti, dan capcay"
"Terserah! Yang penting malam nanti harus ada makanan!"

Selesai mencuci dia pun pergi ke pasar, dengan menanyakan jalan pada orang-orang tentunya. Untungnya dia udah terbiasa dengan pekerjaan rumah karena pernah ngekos, jadi dia tidak begitu asing dengan pekerjaan mencuci, atau berbelanja. Tapi ada satu masalah: mata uangnya bukan rupiah. "Mau beli sesuatu nona?" tanya penjual sayuran. "Eh, tidak pak. Nanti saja." Cindy masih perlu mempelajari nilai-nilai mata uang tersebut.
"Ada masalah? Kamu keliatan kebingungan." Tanya seseorang di sampingnya membuat Cindy menoleh. Seorang pria bertubuh tegap, tinggi, dan tampan berdiri di depannya. Dia terlihat seperti pria dari keluarga terhormat.

"Eh, tidak apa-apa kok." Jawab Cindy.
"Aku belum pernah melihatmu. Apa kamu baru pertama ke sini?"
"Begitulah. Aku mau beli sayuran untuk makan malam nanti"
"Sini kubantuin. Berapa banyak yang mau dibeli?"

Pria itu dengan sopan membantu Cindy memenuhi daftar belanjaannya. Setelah itu Cindy pun pamit pada pria yang telah membantunya berbelanja itu. "Tunggu! Siapa namamu tadi?" tanyanya dari jauh. "Aku ga pernah bilang!" balas Cindy. Dia tidak berniat memberitahukan namanya pada siapapun dengan kehidupannya sebagai Cinderella.

* * *

Sudah sekitar 2 minggu Cindy menjadi Cinderella. Dia masih belum mendapat petunjuk cara kembali ke dunianya sehingga dia memutuskan untuk sementara meneruskan cerita Cinderella ini. Cindy cukup terbiasa dengan kehidupannya sebagai Cinderella walaupun sedikit terganggu dengan kakak tirinya yang bersuara cempreng, belum lagi ibu tirinya yang suka membangga-banggakan anaknya pada teman-teman arisannya. "Apa bagusnya dia? Dari pertama aku liat dia ga ada bagusnya deh. Adik kakak sama aja" Komentarnya dalam hati sambil membawakan minuman untuk teman arisan ibunya. Yup. Anak tertua dari ibu tirinya baru saja pulang liburan dari kerajaan sebelah, dan dia tidak lebih baik dari adiknya.
Setiap hari Cindy hanya mencuci baju, piring, membersihkan debu perabotan, dan menyapu rumah. Terkadang ditambah dengan perintah-perintah bernada sok berkuasa dari kakak tirinya ataupun ibunya. Pernah sekali Cindy mengerjai mereka dengan cara tidak memasak makan malam. Dia cukup berani melakukannya karena kakaknya memang lupa memberi Cindy uang belanja dan menyuruhnya sehingga dia tidak akan dimarahi. Untungnya dia sudah mempersiapkan diri dengan menyimpan beberapa apel di kamar untuk makan malam.
Siang itu saat Cindy sedang duduk-duduk bermain dengan kucingnya, datanglah seorang pembawa pesan dari istana. Pangeran mengadakan pesta dansa untuk mencari calon istri. "Ya, aku tau ceritanya. Malamnya Cinderella bertemu ibu peri dan pergi ke pesta dansa. Tapi apa benar malam nanti aku bertemu peri? Apa benar-benar ada yang namanya peri? Liat aja nanti deh." Pikirnya.

"Cinderella! Sini kamu." Panggil ibu tiri.
"Iya bu."
"Malam nanti akan ada pesta dansa di istana"
"Iya, aku tau. Aku ga boleh pergi dan harus menjaga rumah. Ga usah capek-capek ngomong bu."
"Darimana tau?" tanya kakak tertua.
"Nebak aja. Lagian aku ga punya baju bagus untuk pergi ke pesta. Baju buat santai aja kayak gini"
"Bagus deh kalau kamu udah tau." Kata ibu mengakhiri percakapan mereka.

* * *

Malam tiba. Kakak-kakak dan ibunya sudah pergi ke pesta dansa. Cindy menunggu kedatangan ibu peri, sampai tiba-tiba...

"Pssstt.... Cinderella! Kemari!" panggil seseorang dari halaman.
"Hei, siapa disitu?" Tanya Cindy waswas.
"Jangan berisik. Kalau kamu mau ke pesta dansa ayo keluar."

Cindy akhirnya pergi ke halaman.

"Aku notaris ayahmu. Ayahmu meninggalkan gaun pesta dan sepatu kaca ini buat kamu. Dia mau aku memberikannya padamu kalau ada pesta di istana. Ayo cepat, kereta kudamu sudah di depan tuh." Kata orang itu. "Itu dia! Sepatu yang telah membawaku kemari. Tapi kok yang ngasih bukan peri? Udah deh, yang penting bisa ke pesta dansa. Aku harus menyelesaikan cerita Cinderella ini." Pikir Cindy.
Cindy akhirnya berangkat ke pesta dansa itu. Begitu dia masuk, orang-orang menoleh padanya dan berbisik-bisik. Entah karena kedatangannya yang terlambat dan mencolok, atau karena kecantikannya. "Wah, kalau di duniaku mana bisa aku diliatin orang-orang kayak gini? Kalau lagi bertingkah kayak orang gila sih mungkin aja bisa." Pikirnya. Dia melihat pangeran yang sedang duduk di samping raja dan terkejut. Ternyata pangeran adalah pria yang pernah membantunya berbelanja waktu itu!
Pangeran menghampiri dirinya...

"Kamu..." Mereka berkata bersamaan.
"Aku kaget kita bisa ketemuan di sini." Kata pangeran.
"Aku juga. Kenapa ga bilang kalau kamu tuh pangeran?" tanya Cindy.
"Yah, kan kamu duluan yang ga mau kasih tau siapa kamu waktu itu?"
"Cukup adil." Cindy tersenyum.
"Mau dansa?"
"Aku ga tau caranya..."
"Sini kuajarin."

Mereka berdua berdansa sepanjang malam. Diam-diam Cindy akhirnya naksir juga kepada pangeran. "Tapi apa aku bisa bertemu kamu kalau aku sudah kembali ke dunia nyata?" pikirnya merana. TENGG..... TENGG..... jam berdentang, tanda jam 12. Cindy panik ketika dia melihat Ibu dan kakak-kakak tirinya meninggalkan pintu istana. Dia bisa mendapat masalah kalau ketahuan meninggalkan rumahnya.

"Maaf, aku harus segera pulang!" Kata Cindy sambil berlari.
"Tunggu! Ya ampun, kenapa aku bisa lupa nanyain namanya lagi???"

Sepatu Cindy terlepas sebelah. Walaupun sudah tau akan seperti itu, tapi mau tidak mau Cindy heran. "Kok bisa lepas ya? Kan tadi sepatunya pas banget? Udah ah, emang ceritanya kayak gitu kan?" Pikirnya. Pangeran mengambil sepatu Cindy yang ketinggalan. "Aku akan menemukanmu lagi. Penjaga!"
Keesokan harinya, pangeran dan pengawalnya datang ke rumah Cindy. Untuk mencari Cindy, pangeran mencari orang yang ukuran kakinya pas dengan sepatu kaca itu. "Tidak jauh beda dengan dongeng sebenarnya lah. Akhirnya ceritanya selesai juga. Aku udah mulai khawatir dengan absenku. Berapa jauh aku ketinggalan materi ya?" pikir Cindy. Ya, dia memang anak yang rajin. Cindy mencoba sepatu itu yang tentu saja pas di kakinya.
Pangeran akhirnya melamar Cindy, dan mereka menikah di Istana dihadiri orang-orang di seluruh kerajaan. Pesta pernikahan berlangsung meriah. Tidak begitu aneh, karena ini pernikahan seorang pangeran. "Aku bisa nyaingin pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton nih. Haha, pengalaman sekali seumur hidup!" pikir Cindy.
Selesai pesta, Cindy diantar ke kamarnya untuk beristirahat. Cindy berniat untuk melihat-lihat kamarnya dulu sebelum tidur. Saat itulah dia menemukan sebuah kotak sepatu dari kayu jati berukir rumit indah seperti yang dia temukan di gudang rumahnya. "Ini kotak sepatu yang waktu itu! Kenapa ada di sini? Apa sepatu kacanya harus kusimpan di sini?" Pikir Cindy. Cindy mengambil sepatunya dan menyimpannya dalam kotak itu. Langsung saja matanya menjadi kabur, dan dia merasa pusing. Dia pingsan, seperti ketika dia pertama kali ke dunia Cinderella.

"Cin. Cin! Ayo bangun! Kenapa tidur di sini?" seseorang membangunkan Cindy.
"Hah? Ret? Ngapain kamu di sini?" Kata Cindy. Dia adalah Retha, sahabat Cindy.
"Lah? Aku baru aja baca sms kamu. Kan kamu minta aku bantu beresin rumah kamu yang baru?"
"Oh iya, sori, aku kayaknya kecapekan."
"Capek sih capek, tapi jangan gudang yang dijadiin tempat tidur. Eh, sepatumu keren banget! Beli dimana?"
"Oh, ini? Ga sengaja ketemu di gudang."

Cindy melirik kotak sepatu itu, dan sepatu kaca yang sedang dipakainya. Kenang-kenangan setelah menjadi Cinderella tetap ada untuknya. Ting tong, bel depan berbunyi. Cindy dan Retha segera ke ruang tamu.

"Hai, kamu yang baru pindahan kan? Ini ada kue untuk perkenalan. Aku tinggal di rumah sebelah rumah kamu." Kata seorang pria bertubuh tegap, tinggi, dan tampan di depannya.
"Woi Cin, kenapa melamun? Diterima dong... . Ini Indy. Tetanggaku juga." Kata Retha.
"Oh, iya... makasih ya? Kenalin, aku Cindy"
"Indy..." balasnya

Cindy menerima kue black forest dari Indy dan mempersilahkan dia masuk. Mereka akhirnya menghabiskan waktu sore itu dengan mengobrol sampai Indy pamit pulang. "Dah In. makasih buat kuenya." Kata Cindy. "Kuenya buatku juga ya?" Tanya Retha. "Sering-sering main ke rumah ya In?" tambah Cindy. Indy mengangguk sambil melambai. Dalam hati Cindy berkata "Pangeran..."