“Apa ini?”
Tanya Yume kebingungan melihat sekelilingnya. Yume dan Ren sedang berada di
sebuah kota pada abad pertengahan. Di Kejauhan terlihat sebuah istana dengan 6
menara di sekelilingnya.
“Ehehe...”
Ren tertawa dengan gugup sambil menggaruk kepalanya.
“Jangan
katakan kalau kamu ketiduran sewaktu asik main game”
“I, iya. Aku
baru donlot game baru. Keren banget. Ceritanya tuh tentang sebuah kerajaan
yang...”
“Stooopp!!!
Aku ga perlu tau!” Kata Yume memotong pembicaraan Ren.
“Uuuuu....
Yume jahat. Jalan-jalan yuk”
“Eh? Kamu ga
mau ganti ke sekolahmu? Ga mau ngatur kejadian buat besok?”
“Ga ah. Lagi
males. Lagian jarang-jarang aku bisa jalan-jalan di dunia game gini”
Mereka pun
menyusuri kota itu. Penduduknya ramah-ramah. “Sudah kuduga, mimpi yang paling
menyenangkan pasti tentang game” Kata Ren bersemangat. Yume duduk di bangku
dekat air mancur sambil melihat Ren bermain kejar-kejaran dengan anak-anak.
Mereka menghabiskan waktu mereka dengan mencoba gaun-gaun, membeli jajanan,
minta dilukis, dan lainnya. Tanpa terasa hari sudah gelap. Para penduduk segera
menutup dan mengunci rumah mereka. Suasana langsung menjadi mencekam.
“Hei, Ren.
Ada apa dengan mereka?” Tanya Yume.
“Umm... oh
iya, gamenya emang gini. Tentang kerajaan yang berada di dalam kekacauan karena
ulah kabut berwarna ungu yang mereka sebut Mist. Biasanya Mist datang saat
matahari terbenam. Para penduduk banyak yang hilang dalam Mist. Pemeran utama
game ini yaitu 6 Putri yang ingin menyelamatkan kerajaan ini. Mereka akan pergi
mencari tahu asal Mist” Jelas Ren
“Hoo...
Trus? Trus?” Tanya Yume.
“Hei, kok
kamu jadi tertarik gini? Mau coba gamenya?”
“Enggak.
Kali aja kita bisa gunain pengetahuanmu untuk tau apa yang harus dilakukan sama
mimpimu yang sekarang ini.”
“Aku kan
baru mulai main, jadi ga begitu tau. Lagian ga seru kan kalau kita udah tau apa
yang bakal kita hadapin?” kata Ren ringan sambil tersenyum.
Langit
semakin gelap. Penglihatan mereka sedikit kabur walaupun sudah ditemani lampu
kota. Mereka semakin merapat. Wajah mereka khawatir, tapi sigap. Perlahan Mist
mendatangi mereka.
“He, Hei
Ren! Apa itu Mist nya?” Tanya Yume
“Yup. Liat
aja warnanya”
“Trus apa
yang harus kita lakukan?”
“Aku udah
mikirin itu kok”
Ren
merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mist melewati
mereka begitu saja. Mist itu seperti menabrak tembok. Area di sekitar Ren dan
Yume tidak bisa didekati Mist.
“Aku tinggal
manipulating Mist nya aja. Kalau di game, kita bakal melawan berbagai monster
dalam Mist. Tapi aku ga mau bertarung sebelum kita bertemu 6 putri itu. Kita
cari mereka yuk?” Kata Ren sambil menarik tangan Yume. Mereka berlari kecil
menuju istana. Selama perjalanan, Mist selalu menjauh dari mereka. Tiba-tiba
mereka mendengar suara besi yang beradu di kejauhan. Mereka mempercepat langkah
mereka dan melihat 6 gadis sedang melawan monster Mist yang terlihat seperti
serigala dengan ukuran sebesar beruang. 3 Gadis terlihat sudah kewalahan, dan 3
lainnya masih berjuang melindungi 3 yang pertama. “Itu mereka! Kita harus
menolongnya!” Kata Yume. Ren tidak perlu diberitahu. Dia langsung memunculkan 2
pedang dan menyerbu untuk menolong mereka Yume kali ini menggunakan palu dan
pistol. Manipulating dilepaskan Ren karena dia sudah menemukan para putri. 4
monster sekaligus tiba-tiba menerjang dari belakang para putri. Mereka tidak
menyadari monster itu karena terlalu sibuk dengan monster di depan.
Ren
menangkis terjangan monster yang terdekat, dan meluncur melewati perut monster
itu. Sambil meluncur, Ren menyobek secara vertikal perut monster itu dengan
pedangnya. Monster itu tumbang. Ren langsung bangkit dan menyambut monster
kedua. Monster itu memajukan kaki depannya untuk meraih Ren. Ren maju di
antaranya dan membalik badannya lalu menopang badannya dengan tangan di tanah.
Kakinya digunakan untuk menjepit kepala monster itu, lalu dengan 1 gerakan
cepat dia membanting monster itu ke tanah. Monster itu langsung terbaring lemas
dengan Ren berdiri dengan anggun di dekat kepalanya. Tanpa membuang waktu, Ren
melompat sampai beberapa meter lalu menikam monster itu. Baju dan pedangnya
dipenuhi darah monster.
Di sisi
lain, dengan palunya, Yume melempar palunya ke arah monster terdekat membuat
monster itu jatuh. Dengan pistolnya Yume langsung menembak 5 kali. Anehnya,
pelurunya tidak langsung mengenai monster itu, tapi berhenti di udara dan
membentuk sudut-sudut di pentagram. Peluru-peluru itu berputar perlahan lalu
langsung melesat menuju monster. Putaran peluru-peluru itu menambah kemampuan
penetrasinya sehingga dapat menembus tubuh monster hingga membuat lubang
dinding rumah di belakangnya. Palu yang dilempar Yume terbang kembali ke Yume.
Yume
menghadapi 1 monster lagi. Monster itu menyadari kemampuan musuhnya, sehingga
dia menantang Yume seperti sedang memperhitungkan tindakan berikut. Lalu,
Monster itu berlari ke arah Yume dalam jalur yang aneh. Kiri, kemudian kanan,
lalu jauh ke arah kiri, sehingga sulit untuk dibaca. Yume memukul tanah sekuat
tenaga membuat gelombang yang menyebar seperti riak air. Monster itu terjatuh
karena tanah yang tidak stabil. Yume kembali melempar palunya. Palu itu
menghantam monster itu, tidak Cuma sekali, tapi berkali-kali. Palu itu memantul
setelah mengenai monster itu, lalu kembali meluncur ke monster itu berkali-kali
sampai monster itu tidak berdaya. Palu itu kemudian kembali ke Yume. Yume
melempar palunya ke atas dan palu itu turun dengan gerakan memutar secepat bor
listrik menembus monster. Monster itu mengeluarkan teriakan kesakitan lalu
berhenti bergerak.
“Wow...
Yume, palu apa itu?” Tanya Ren kagum
“Ini?
Ini Cuma palu biasa kok” Jawab Yume
“Masa? Kok
dia seperti punya pikiran sendiri? Gerak-gerak bebas gitu. Trus pistolnya juga aneh” Kata Ren tidak
yakin dengan jawaban Yume.
“Hahahaha,
ini salah satu teknik Creating. Kamu bisa kendaliin benda hasil Creating semau
kamu. Makanya palu ini bisa gerak-gerak kayak tadi. Tadi juga aku yang
kendaliin peluru pistol itu” Jelas Yume.
“Keren... .
Aku bisa coba ga?” Tanya Ren bersemangat. Yume mengangguk.
Ren kemudian
perlahan melepaskan kedua pedangnya. Pedang itu melayang di udara, lalu saling
mendekatkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti pisau pemotong di
blender. “Ahahahaha, aku ga pernah tau kalau Creating bisa sekeren dan
sepraktis ini” Kata Ren senang. “Udah cukup senang-senangnya. Kita tolongin
mereka dulu.” Kata Yume sambil menunjuk para putri yang dari tadi terkejut
melihat aksi mereka salmbil terus bertahan melawan Mist. “Eh, biarin aku aja.
Aku pengen cobain itu” Kata Ren.
Ren langsung
memunculkan 6 pedang sekaligus. Pedang-pedang itu berputar mengelilingi Ren
dengan ujungnya menghadap ke bawah. “Kalian istirahat aja. Biar aku yang urusin
mereka.” Kata Ren pada para putri. Mereka mengangguk dan perlahan mundur
menuruti Ren. Pedang-pedang Ren sudah berhenti berputar dan melayang dengan
ujungnya kali ini menghadap ke depan. Seekor monster maju menyerbu Ren.
Pedang-pedang Ren langsung maju. Gerakannya sangat cepat sehingga bahkan Yume
pun sulit melihat apa yang dilakukan pedang-pedang itu. saat berikutnya,
monster itu berhenti di udara dan meledak menjadi serpihan dadu. “Yayy!!! Gimana
Yume? Potonganku rapi kan?” Tanya Ren sambil tersenyum. 5 pedang Ren berpisah
dan masing-masing menghadapi 1 monster. Ren mengambil 1 pedang yang tidak ikut
menyerbu dan mendatangi satu monster yang tidak dihadapi pedangnya.
“Tidak
mungkin. Dia bisa mengendalikan semuanya secara terpisah seperti itu? Apalagi
dia baru pertama kali melakukan Control” Gumam Yume. Wajahnya terlihat jelas
menyiratkan rasa terkejutnya. Ren menantang monster di depannya, terlihat
berkonstentrasi. Keenam monster itu sendiri terpaku di tempatnya. Mereka
seperti menyadari kalau musuh mereka kali ini berbahaya. Ren berlari menyerang
monster di depannya. Pedang-pedang Ren pun langsung ikut bergerak menyerang lawan mereka. Ren melakukan
tebasan vertikal, tapi meleset karena monsternya bergerak ke samping. Monster
itu menaikkan salah satu cakarnya. Ren yang seperti sudah mengantisipasi hal
tersebut melompat sambil berpijak di cakar yang bergerak kearahnya. Ren
langsung menendang monster itu di muka, membuat monster itu terlempar kearah
Yume. Yume mengambil ancang-ancang untuk lanjut menyerang monster itu, tapi
anehnya monster itu tiba-tiba melayang ke atas. Di bawah perutnya Yume melihat
kilatan cahaya bulan yang dipantulkan pedang Ren. Ternyata setelah menendangnya, Ren langsung melempar pedangnya. Pedang itu terbang dengan
membawa monster itu, lalu turun secepat peluru. Hantaman monster itu membuat
tanah serasa bergetar. Pedang di perut monster itu tercabut dan melayang
perlahan ke arah Ren.
Di sisi
lain, pedang-pedang Ren berhasil membuat kewalahan para monster. Mereka
terlihat enggan untuk melanjutkan pertarungan. Sebuah pedang bergerak dengan
cepat menghantam monster musuhnya. Pedang itu begitu cepat sampai-sampai
monster itu tidak punya waktu menghindar dan diapun melayang ke arah Ren.
Dengan pedang yang dipegang dengan mantap, Ren menyambut monster itu dengan
tebasan dari bawah, membuat monster itu melayang ke atas sangat tinggi. “1”
Pikir Ren. Pedang berikut kemudian menggabungkan kedua pegangannya dan mulai
berputar seperti percobaan pertama Ren tadi, dan terbang menuju monster
terdekat tapi meleset karena dia melompat. 2 pedang yang berputar itu mengarah
ke Ren. Dengan pedangnya, Ren memukul balik pedang itu. Impact dari pukulan Ren
membuat pedang itu memantul kembali lebih cepat lagi dan mengenai monster yang
tadi melompat. “2” Pikirnya.
3 monster
yang lain memutuskan untuk menyerang Ren. Ren menghindari terjangan monster
pertama yang mencapainya dengan lompatan salto dan langsung menendang kepala
monster itu sampai menghantam tanah. Tidak berhenti di situ, Ren langsung
melompat lagi menuju ke monster pertama yang masih melayang karena tebasannya
membuatnya melayang sangat tinggi. Ren membelokkan badannya dan menendang
monster itu ke tanah sekuat tenaga. Monster itu menghantam monster yang tadi
terkena tendangan salto Ren. Satu pedangnya melayang ke Ren yang langsung dia lempar menusuk perut kedua monster itu. Tidak cukup sampai situ Ren menjatuhkan
lututnya tepat di leher kedua monster itu. “3” Pikir Ren.
2 monster
lain sudah berada di kiri dan kanan Ren dan tanpa menunggu lebih lama, mereka
sama-sama maju menerjang. Yang satu mengarah ke kepala Ren, dan satunya ke
kaki. Ren dengan anggun melepas pedangnya dan memiringkan badannya. Kakinya
tidak lagi berada di tanah untuk menghindari penyerang kakinya. Ren melayang
diantara 2 monster itu, lalu tangannya memegang leher keduanya dan dia memutar
badannya. Yang tadi berada di atas dan mengincar kepalanya dibanting ke tanah,
dan yang mengincar kakinya di buang ke atas. Dia langsung mengambil kembali
pedangnya yang bahkan belum menyentuh tanah sejak dia lepaskan tadi dan
menyambut monster yang jatuh ke arahnya dengan tebasan vertikal. Monster itu
terbelah 2 sambil kakinya mematahkan leher monster di bawahnya, dan sebagai
penutup, pedangnya ditancapkan di kepala monster yang lehernya sudah di
patahkan. “Nah, dengan begitu jadi 5” Kata Ren sambil tersenyum.
Yume
melongo. Ren terlalu luar biasa untuk disebut sebagai Dreamer pemula. Dia
melakukan semuanya seolah-olah ini hal yang biasa untuknya.
“Oi...
Ren... jangan terlalu sadis begitu” Kata Yume
“Ehehe,
sori... aku kebawa suasana. Abisnya kapan lagi punya kesempatan bisa niru anime
gini? Aku jadi ngerasa keren!” Kata Ren.
“Oh ya, aku
liat kamu sering banget pake pedang. Senjata favoritmu ya?”
“Enggak. Aku
sebenarnya ga suka senjata yang bisa ngelukain orang. Tapi mereka kan bukan orang.
Aku pilih pedang karena lebih efisien aja”
“Oh... aku
serem ngebayangin kalau ternyata kamu psikopat yang suka liat darah”
“Uh... cewek
seimut aku ga cocok dengan imej seperti itu” Kata Ren cemberut.
Ke 6 putri
yang sudah diselamatkan mereka menatap mereka dengan kagum