Kamis, 27 Desember 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 9: Siska*



“Eh, San, lo ngerasa ada yang aneh ga sama Siska?” Tanya Romi sepulang mereka dari kafe.
“Lo juga? Iya, perasaanku daritadi ga enak” Jawab Sandy
“Gw seneng sih liat Siska ceria kayak tadi, ngobrol-ngorbol gitu, tapi gw dapat kesan kalau dia pura-pura aja”
“Entahlah, gw belum lama dekat sama dia, jadi gw ga begitu tau. Tapi kalau lo sendiri udah bilang gitu, berarti mungkin bener kalau dia nyembunyiin sesuatu. Eh, lo ke tempatnya gih. Cari tau apa yang dia sembunyiin”
“Sip!!”

Romi pun melayang menembus atap kosan dan pergi ke rumah Siska. Sesampainya di rumah Siska, Romi melihatnya sedang menangis tersedu-sedu sambil tidur memeluk boneka beruangnya. Yah... mungkin dia memang masih sedikit berduka pikir Romi. Romi duduk di samping Siska dan membelai rambut Siska, berharap dia bisa melakukan sesuatu untuknya. Siska terus menangis sampai dia tertidur kecapekan baru setelah itulah Romi pulang.

“Rom, lo ngapain aja sih? Lama amat” Omel Sandy.
“Siska Cuma nangis aja. Sekarang dia ketiduran” Kata Romi mengabaikan Sandy yang ngomel-ngomel.
“Huh... kalau gitu kembali lebih cepat dong... gw juga mau tau dia ngapain aja setelah ketemuan tadi. Perasaan gw ga enak soalnya”
“Udah, tenang aja. Oke?”

* * *

Keesokan harinya Siska ga masuk kuliah yang menurut Sandy aneh banget. Siska bukan tipe pembolos. Bahkan kalaupun sakit, dia mati-matian berusaha tetap ikut kuliah. Karena itu selesai kuliah, Sandy langsung menelpon Siska, tapi ga diangkat-angkat. Pas kuliah pagi tadi Sandy udah menyuruh Romi nengokin Siska dan katanya Siska sedang tidur. Ya sudahlah, mungkin Siska lagi ingin menenangkan dirinya. Selama ini kan Siska menyiksa diri dengan selalu mikirin Romi, pikir Sandy.

Atau begitu pikirnya, sampai Romi berkata kalau Siska masih tidur sampai sore ini. Itu... jelas tidak normal kan? Telpon Sandy masih tidak diangkat juga. Akhirnya Sandy memutuskan untuk pergi ke rumahnya. Rumahnya sepi, dan Sandy hanya disambut pembantunya. Sepertinya ibu Siska belum pulang kerja. Kata pembantunya, Siska tidak ingin kuliah hari ini dan pergi tidur setelah menghabiskan sarapannya. Tapi Siska tidak turun untuk makan siang jadi pembantunya membawakan makanan ke kamarnya karena tidak ingin mengganggu tidur Siska.

Sesampainya di kamarnya, Sandy melihat kalau makan siangnya tidak disentuh Siska sama sekali. Sandy langsung buru-buru menghampiri Siska

“Siska! Siska!!!” Panggil Sandy sambil mengguncang tubuh Siska yang lemas, tidak merespon Sandy. Sebuah kotak kecil terjatuh dari tangannya. Sandy terkejut melihat kotak itu yang ternyata bungkusan obat. Obat tidur

(Bersambung)

Soriii..... kelamaan updet -_-

Sabtu, 15 Desember 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 9: Angel*

Siska merasa aneh melihat Sandy yang terlihat pucat. Tangannya juga berdarah terkena paku di toilet tadi

"Hah? Sandy? Kenapa tanganmu?" Tanya Siska panik
"E, eh? Ini... kena paku di toilet tadi"
"Sini, kebetulan aku bawa plester" Kata Siska menarik tangan Sandy dan membalut lukanya.
"Makasih ya Sis. Sori, tapi aku harus pulang dulu"
"Eh? Kenapa?"
"Aku baru ingat ada urusan nih. Sori yah?"
"Ya udah gapapa. Makasih ya buat hari ini"

Sandy tidak menjawabnya dan segera berjalan keluar tanpa menghiraukan Siska. Romi mengikutinya kali ini dengan wajah cemas

"Gw tau pasti ada hal buruk yang terjadi. Lo harus kasih tau gw setelah kita sampai di kos" Kata Sandy pada Romi.
"O, oke" Romi semakin terlihat cemas. Hal ini membuat Sandy semakin merasa frustasi. Dia ingin tau, kenapa perasaanya seperti ini

* * *

Sandy tiba di kos dan langsung mengunci kamarnya.

"Oke, jelasin ada apa" Tagih Sandy
"I, itu..." Romi terlihat gugup
"Rom, buruan!" Sandy semakin tidak sabar.
"O, oke. Gw masih belum bisa kembali nih. Sepertinya Siska masih sedikit belum bisa relain gw. Jadi, gw harus menetap lebih lama lagi sama lo"
"Bener cuma itu?"
"Iya"
"Trus kenapa lo keliatan cemas gitu?"
"Ya, gw cemas aja kalau Siska nanti terlambat relain gw, dan gw udah hilang akal duluan"
"Oh... gw ngerti. Kirain ada apa. Emang sih, mikirin itu juga bikin gw khawatir" Kata Sandy
"Oke, gw ke tempat Siska dulu ya? Karena dia udah bisa nerima keberadaan gw, jadi gw udah boleh berkomunikasi dengan dia" Kata Romi

Sandy tiduran untuk menenangkan dirinya. Romi melayang pergi menembus atap menuju rumah Siska. Sebenarnya dia pergi bukan hanya untuk melihat Siska, tapi agar Sandy tidak mengetahui kalau dia berbohong. Wajah cemasnya terlalu jelas menunjukkan kalau apa yang dia katakan tadi adalah sebuah kebohongan

(Bersambung)

De? 2 part, dan aku belum reveal bagian serunya :P

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 8: Siska*

Wah... dilihat dari sms teman-teman tentang RIP katanya mereka lebih suka rute Angel nih. Aku jadi bingung mau bikin ceritanya Siska gimana. Maunya sih 2 rute ini disukain mereka. Hufff... here we go. Part 8, start!
--------

Besoknya, Sandy sedang malas-malasan di kosan. Romi juga tidak terlihat bersemangat. Tiba-tiba muncul pertanyaan yang membuat Sandy penasaran.

"Eh, Rom, malaikat maut tuh kayak gimana sih? Jubah hitam trus megang celurit gitu?"
"Alah... kebanyakan nonton film lo. Enggak lah"
"Trus gimana penampilannya?"
"Classified. Orang hidup ga boleh tau. Kalau lo mau tau, mati dulu sana"
"Kalau gw mati, siapa yang ngurusin Siska? Lo mau tetap di sini?"
"Oh iya ya? Lupa. Tapi emang rahasia kok. Orang yang masih hidup ga boleh tau. Lagian nanti ngerusak kejutannya kan?"
"Hufff.... udah matipun masih dapat kejutan yah? Trus, dia tau segalanya yah?"
"Pastinya."
"Trus kenapa dia ga ngasih tau aja gw secara spesifik cara supaya bisa bikin Siska relain lo?"
"Entah. Mungkin dia cuma ngasih info berdasarkan mood dia kali? Atau dia cuma ngasih info tentang Angel? Soalnya kan Angel orang yang penting buatmu. Gw juga ga ngerti. Jalanin aja hidup lo seperti biasa. Jangan ngandelin info mulu"
"Hoo..."

Hape Sandy bergetar saat menerima panggilan dari Siska

"Halo?"
"Hai San, sibuk ga? Ketemuan yuk?"
"Umm... oke, aku nganggur kok"
"Di kafe kemarin yah?"
"Sip. Aku siap-siap dulu"

* * *

Sesampainya di kafe, Siska sudah menunggunya.

"Hai San. Sori ganggu waktumu" Sapa Siska
"Gapapa kok. Aku emang lagi nganggur nih"
"Eh, mau pesan apa? Aku bayarin deh" Tawar Siska
"Ga usah, malah ngerepotin kamu" Tolak Sandy halus
"Tenang aja, lagian kan aku yang manggil kamu ke sini"

Setelah memesan makanan, merekapun mulai ngobrol mengenai Romi

"Wah... jadi kamu bisa ngelihat hantu gitu?" Tanya Siska bersemangat
"Iya. Udah cukup lama juga. Pas aku pulang gataunya Romi udah nungguin gitu" Cerita Sandy
"Trus Romi minta aku untuk jadi pacarmu supaya kamu bisa relain kematian dia" Lanjutnya
"Ohh.... jadi dia terperangkap di sini gara-gara aku ga rela?"
"Bisa dibilang gitu"
"Aku ngerti. Kalau gitu aku akan coba untuk relain kepergian dia" kata Siska sambil tersenyum.

Hanya saja, senyum Siska itu malah terasa aneh bagi Romi. Tapi dia menepis perasaan itu. Mungkin dia hanya membayangkannya saja.

"Oh ya, San, kamu masih berhubungan sama pacarmu ga?" Tanya Siska.
". . ."
"San?"
"E, eh? Iya? Ada apa? Sori, aku tiba-tiba melamun"
"Ngelamun apa sih? Tadi aku nanya, kamu masih berhubungan sama Angel ga?"
"Iya. Kemarin dia nelpon pas kamu udah pulang"
"Oh... Angel tuh beruntung banget yah? Punya cowok sebaik kamu gini"
"Apaan sih? Biasa aja kali"
"Hahahaha"

Mereka lanjut ngobrol tentang hal-hal ringan yang lain. Perasaan aneh Sandy masih belum hilang juga. Romi juga sepertinya merasa begitu. Dia daritadi menatap Siska dengan tatapan yang aneh. Perasaan apa ini? Pikir Sandy...

(Bersambung)

Humm...... please say that you guys like this one too :(

Kamis, 13 Desember 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 8: Angel*

Siang itu sedang panas-panasnya. Sandy sedang malas-malasan di kamarnya sambil menikmati sirup jeruk dingin. Kebetulan hari ini hari minggu dan Sandy ga punya kerjaan lain yang bisa dilakuin. Kalaupun ada, belum tentu dia mau kerjain. Romi hanya geleng-geleng melihatnya dan akhirnya ikut tiduran di lantai.

"Ahh... sejuk..." Kata Romi sambil tengkurap di lantai
"Lo udah jadi hantu juga bisa kepanasan ya?" Tanya Sandy penasaran.
"Iya. Aku sendiri bingung kenapa bisa" Jawab Romi dengan suara teredam.

Iseng-iseng Sandy coba membaca ayat kursi. Hal ini membuat Romi menoleh keheranan.

"Oi, ngapain lo?"
"Gw pikir lo bakal kepanasan juga kalau gw bacain ayat kursi. Setan kan ga tahan sama ayat kursi"
"Gw hantu. Bukan setan, Setan"
"Dasar. Setan ngatain orang setan."

Tiba-tiba hape Sandy berbunyi. Siska Calling. . . di layarnya

"San, lagi sibuk ga? Kita ketemuan yuk? Aku mau ngomongin tentang Romi nih" Suara Siska terdengar di seberang handphone Sandy.
"Um... ga kok. Ketemuannya dimana?" tanya Sandy
"Di kafe kemarin aja yah?"
"Sip. Jam 3 yah?"
"Oke"

* * *

 Jam 3 tepat Sandy tiba di kafe yang ditentukan. Siska terlihat sedang menikmati jus tomat sambil membaca novel. Sandy duduk di sampingnya

"Hai Sis, dah lama nunggunya?" Tanya Sandy berbasa-basi
"Enggak juga. Eh, kamu ga pesan apa-apa?"
"Enggak. Lagi masa berhemat nih. Banyak nyari buku soalnya"
"Oh... gapapa, pesan aja nanti aku yang bayarin. Lagian kan aku yang ngajak"
"Ya udah kalau ga nyusahin kamu. Makasih loh"
"Iya, sama-sama. Makasih juga udah mau kuajak kesini"
"Kalau gitu makasih udah ngajak aku kesini"
"Makasih juga karena..........."

dan setelah beberapa lama saling berterimakasih seperti orang bodoh, Siska akhirnya memesan Strawberry cake untuk Sandy dan mulai berbicara maksud dia ngajak Sandy ketemuan. Dia ingin memastikan tentang Romi

"Yah seperti yang aku bilang, aku orang yang keterlaluan kalau sampai aku bercanda tentang ini. Lagian aku harusnya gatau apa-apa tentang hubungan kamu dan Romi kan" Jelas Sandy.
"Oh..."
"Aku udah lama bisa ngeliat makhluk gaib. Tiba-tiba suatu hari Romi datang dan ngajak aku ngomong"
"Wah... Keren... Kamu kayak yang di uji nyali!"
"Biasa aja kali. Kan banyak juga yang bisa ngeliat kayak begituan selain aku"
"Jadi, Romi ngomong apa aja ke kamu?"
"Dia cuma bilang kalau dia ga bisa masuk gerbang akhirat karena kamu masih belum relain kematiannya"
"Ohh.... Trus?"
"Dia minta tolong aku supaya bisa bantuin dia tenang dengan jadi medium supaya bisa ngomong sama kamu"
"Aduh... jadi gara-gara aku yah? Aku pikir selama ini aku ngelakuin hal yang benar"
"Aku ga bilang kamu salah juga sih, soalnya kamu emang sayang dia. Cuma caramu aja salah. Perasaanmu akan tetap hidup walaupun dia udah ga ada. Tapi ga harus dengan cara ga relain dia gini."
"Iya, aku ngerti. Aku cuma hilang akal setelah kepergiannya"
"Baguslah kalau kamu udah ngerti. Selanjutnya kamu sendiri yang tentuin harus gimana"
"Iya. Makasih San. Romi ada di sini sekarang ga?"
"Iya, ada kok. Dia daritadi duduk di sampingmu"
"Beneran? Huh, andai aja aku bisa liat dia. eh, penampilannya gimana? Serem ga? Ada darah-darah atau gimana? Kayak di film-film gitu" Tanya Siska bersemangat. Romi memandangnya dengan keheranan.
"Biasa aja kok. Penampilan dia kayak orang biasa"
"Oh... huuu... aku kangen dia..." Rengek Siska membuat Romi terharu dan memeluknya. Walaupun Siska ga merasakan apa-apa sih.
"Hahahaha" Sandy hanya tertawa melihat adegan ini.

Setelah itu mereka mulai ngobrol biasa. Romi juga ikutan dengan perantara Sandy.

"Aku ke toilet bentar ya?" Pamit Sandy.

Sesampainya di toilet, perasaan Sandy tiba-tiba aneh. Kayak ada sesuatu yang salah. Seperti dia seharusnya sedang di tempat lain dan melakukan sesuatu yang lain. Perasaan yang menyesakkan dadanya. Saat dia keluar, tangannya ga sengaja tergores paku. Lukanya tidak dalam, tapi cukup membuat darah Sandy menetes. Perasaan Sandy semakin tidak enak. Saat itu pula dia melihat Romi yang terdiam dengan ekspresi shock di wajahnya. Saat itulah Sandy yakin, kalau ada hal buruk terjadi

(Bersambung)

Fiuh... akhirnya masuk part 8! Banyak hal yang terjadi yang bikin aku ga updet -_-
But, I'm trying my best guys! Stay tune untuk cerita selanjutnya yah? :D

Kamis, 22 November 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Siska*

"Yup. Hai San. Udah lama ga denger suaramu" Kata Angel di telpon.
"Wah... kamu juga. udah kutelpon berkali-kali nomormu ga aktif. Aku pikir kamu mau lupain aku begitu aja setelah kita putus"
"Oi, oi, ga mempan kamu sok melas gitu"
"Hahaha, kamu tau aja."
"Sori, aku ganti nomor. Soalnya di sini ga ada tempat buat beli pulsanya sih, jadi sekalian ganti nomor aja"
"oh... ngerti"
"Ehehe..."
". . ."
"San?"
"Eh? Maaf aku tadi melamun. Ada apa?"
"Em... enggak. Udah dulu yah? Aku cuma pengen denger suaramu bentar aja" Kata Angel dingin.
"O, oke. Dah..." Tut. Angel mematikan telponnya. Sesaat tadi Sandy tiba-tiba memikirkan Siska yang meninggalkan kafe itu dengan menangis.

"Mungkin aku terlalu berlebihan sama Siska. Yah, tapi mau gimana lagi? Untuk menembus hatinya yang udah tertutup sama Romi aku ga tau harus dengan cara apa" Pikir Sandy. Saat ini, kepalanya dipenuhi dengan Siska sampai-sampai dia tidak merasa apa-apa saat ditelpon Angel.
"Gapapa kok San. Aku rasa kamu benar ngomong begitu ke dia. Mau tidak mau dia memang harus relain aku. Tapi seperti katamu, relain aku, bukan berarti lupain aku" Kata Romi, membaca pikiran Sandy.
"Okelah kalau kamu sendiri bilang begitu. Aku merasa bersalah sama Angel. Kita udah lama ga telponan, tapi aku malah cuekin dia kayak tadi. Nanti aku sms aja dia.

Sandy bangkit sambil meminta pelayan untuk membungkus strawberry cake yang tadi dipesan Siska tapi dibayar Sandy.

"Dasar lo, cake orang diembat juga" Ejek Romi.
"Cake orang tapi tetep aja gw yang bayar. Lagian gw kan emang suka strawberry cake" Balas Sandy.
"Eh, kok lo tau Siska bakal ke sini? Malaikat maut aja ga bilang apa-apa ke gw"
"Gw nebak kalau dia masih ga bisa relain lo, dan masih ingat lo, dia pasti mau terus-terusan hidupin kenangan lo dengan pergi ke tempat-tempat yang lo sering datangin sama dia"
"Oh... bener juga. Jadi dia bakal terus ingat gw kalau dia terus-terusan ke sini. Trus? Lo mau bikin dia ga ke sini lagi supaya lupain gw?"
"Ga. Gw kan udah bilang, relain lo, beda dengan lupain lo"
"Oke. Yoroshiku onegaishimasu" Kata Romi sambil membungkuk. Sok-sok meniru orang Jepang.

Sandy berjalan pergi begitu saja meninggalkan Romi.
"Oi, San. Balas napa?" Kata Romi sambil terus membungkuk. Begitu bangkit, dia sadar Sandy sudah sampai di teras kafe.
"Sialan kau San!!!" Teriaknya. Sandy hanya tertawa.

* * *

Hape Siska malam itu berbunyi. Ada sms dari Sandy

"Sis, sori tadi udah ngomong kasar. Aku ga ada hak buat bilang gitu ke kamu"

Siska menjawabnya sejam kemudian setelah merenungkan kata-kata Sandy di kafe tadi.
"Iya, gapapa. Aku rasa kamu ada benarnya"
"Ngomong-ngomong cakemu tadi kelupaan. Buatku yah?" Balas Sandy.
"Iya :)"

Setelah itu Siska membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dia memeluk boneka beruang yang dulu diberikan Romi saat ulang tahunnya. Masih teringat jelas percakapannya dengan Romi waktu itu...

Siska dan Romi sedang jalan-jalan di mall
"Sis, kamu mau hadiah apa?" Tanya Romi.
"Mmmm.... apa yah? Aku gatau pengen hadiah apa. Sama kamu aja aku udah seneng" Jawabnya
"Ya udah, aku beliin kamu boneka beruang aja yah?"
"Ihh... kamu pikir aku anak kecil? Main boneka beruang?"
"Hahahaha, gapapa lah. Kamu merengek gitu jadi keliatan kayak anak kecil" Kata Romi mencubit hidung Siska
"Iii... dasar kamu tuh ya" Kata Siska berontak, tapi dia tertawa. Akhirnya dia mau juga dibelikan boneka beruang.

Mengingat kejadian itu, Siska membalik badannya sambil terus memeluk boneka itu. Air matanya jatuh membasahi bulu boneka itu

(Bersambung)

Gomennasaiiiiiii...... aku updetnya kelamaan yah? aku ga ada inspirasi... ini aja dapat waktu melamun pas pelajaran ***** (ngapain juga disensor). Eniwei, semoga kalian menikmati lanjutannya :)

Senin, 12 November 2012

Desainer Mimpi *Part 4*



“Apa ini?” Tanya Yume kebingungan melihat sekelilingnya. Yume dan Ren sedang berada di sebuah kota pada abad pertengahan. Di Kejauhan terlihat sebuah istana dengan 6 menara di sekelilingnya.
“Ehehe...” Ren tertawa dengan gugup sambil menggaruk kepalanya.
“Jangan katakan kalau kamu ketiduran sewaktu asik main game”
“I, iya. Aku baru donlot game baru. Keren banget. Ceritanya tuh tentang sebuah kerajaan yang...”
“Stooopp!!! Aku ga perlu tau!” Kata Yume memotong pembicaraan Ren.
“Uuuuu.... Yume jahat. Jalan-jalan yuk”
“Eh? Kamu ga mau ganti ke sekolahmu? Ga mau ngatur kejadian buat besok?”
“Ga ah. Lagi males. Lagian jarang-jarang aku bisa jalan-jalan di dunia game gini”

Mereka pun menyusuri kota itu. Penduduknya ramah-ramah. “Sudah kuduga, mimpi yang paling menyenangkan pasti tentang game” Kata Ren bersemangat. Yume duduk di bangku dekat air mancur sambil melihat Ren bermain kejar-kejaran dengan anak-anak. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan mencoba gaun-gaun, membeli jajanan, minta dilukis, dan lainnya. Tanpa terasa hari sudah gelap. Para penduduk segera menutup dan mengunci rumah mereka. Suasana langsung menjadi mencekam.

“Hei, Ren. Ada apa dengan mereka?” Tanya Yume.
“Umm... oh iya, gamenya emang gini. Tentang kerajaan yang berada di dalam kekacauan karena ulah kabut berwarna ungu yang mereka sebut Mist. Biasanya Mist datang saat matahari terbenam. Para penduduk banyak yang hilang dalam Mist. Pemeran utama game ini yaitu 6 Putri yang ingin menyelamatkan kerajaan ini. Mereka akan pergi mencari tahu asal Mist” Jelas Ren
“Hoo... Trus? Trus?” Tanya Yume.
“Hei, kok kamu jadi tertarik gini? Mau coba gamenya?”
“Enggak. Kali aja kita bisa gunain pengetahuanmu untuk tau apa yang harus dilakukan sama mimpimu yang sekarang ini.”
“Aku kan baru mulai main, jadi ga begitu tau. Lagian ga seru kan kalau kita udah tau apa yang bakal kita hadapin?” kata Ren ringan sambil tersenyum.

Langit semakin gelap. Penglihatan mereka sedikit kabur walaupun sudah ditemani lampu kota. Mereka semakin merapat. Wajah mereka khawatir, tapi sigap. Perlahan Mist mendatangi mereka.

“He, Hei Ren! Apa itu Mist nya?” Tanya Yume
“Yup. Liat aja warnanya”
“Trus apa yang harus kita lakukan?”
“Aku udah mikirin itu kok”

Ren merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mist melewati mereka begitu saja. Mist itu seperti menabrak tembok. Area di sekitar Ren dan Yume tidak bisa didekati Mist.

“Aku tinggal manipulating Mist nya aja. Kalau di game, kita bakal melawan berbagai monster dalam Mist. Tapi aku ga mau bertarung sebelum kita bertemu 6 putri itu. Kita cari mereka yuk?” Kata Ren sambil menarik tangan Yume. Mereka berlari kecil menuju istana. Selama perjalanan, Mist selalu menjauh dari mereka. Tiba-tiba mereka mendengar suara besi yang beradu di kejauhan. Mereka mempercepat langkah mereka dan melihat 6 gadis sedang melawan monster Mist yang terlihat seperti serigala dengan ukuran sebesar beruang. 3 Gadis terlihat sudah kewalahan, dan 3 lainnya masih berjuang melindungi 3 yang pertama. “Itu mereka! Kita harus menolongnya!” Kata Yume. Ren tidak perlu diberitahu. Dia langsung memunculkan 2 pedang dan menyerbu untuk menolong mereka Yume kali ini menggunakan palu dan pistol. Manipulating dilepaskan Ren karena dia sudah menemukan para putri. 4 monster sekaligus tiba-tiba menerjang dari belakang para putri. Mereka tidak menyadari monster itu karena terlalu sibuk dengan monster di depan.

Ren menangkis terjangan monster yang terdekat, dan meluncur melewati perut monster itu. Sambil meluncur, Ren menyobek secara vertikal perut monster itu dengan pedangnya. Monster itu tumbang. Ren langsung bangkit dan menyambut monster kedua. Monster itu memajukan kaki depannya untuk meraih Ren. Ren maju di antaranya dan membalik badannya lalu menopang badannya dengan tangan di tanah. Kakinya digunakan untuk menjepit kepala monster itu, lalu dengan 1 gerakan cepat dia membanting monster itu ke tanah. Monster itu langsung terbaring lemas dengan Ren berdiri dengan anggun di dekat kepalanya. Tanpa membuang waktu, Ren melompat sampai beberapa meter lalu menikam monster itu. Baju dan pedangnya dipenuhi darah monster.

Di sisi lain, dengan palunya, Yume melempar palunya ke arah monster terdekat membuat monster itu jatuh. Dengan pistolnya Yume langsung menembak 5 kali. Anehnya, pelurunya tidak langsung mengenai monster itu, tapi berhenti di udara dan membentuk sudut-sudut di pentagram. Peluru-peluru itu berputar perlahan lalu langsung melesat menuju monster. Putaran peluru-peluru itu menambah kemampuan penetrasinya sehingga dapat menembus tubuh monster hingga membuat lubang dinding rumah di belakangnya. Palu yang dilempar Yume terbang kembali ke Yume.

Yume menghadapi 1 monster lagi. Monster itu menyadari kemampuan musuhnya, sehingga dia menantang Yume seperti sedang memperhitungkan tindakan berikut. Lalu, Monster itu berlari ke arah Yume dalam jalur yang aneh. Kiri, kemudian kanan, lalu jauh ke arah kiri, sehingga sulit untuk dibaca. Yume memukul tanah sekuat tenaga membuat gelombang yang menyebar seperti riak air. Monster itu terjatuh karena tanah yang tidak stabil. Yume kembali melempar palunya. Palu itu menghantam monster itu, tidak Cuma sekali, tapi berkali-kali. Palu itu memantul setelah mengenai monster itu, lalu kembali meluncur ke monster itu berkali-kali sampai monster itu tidak berdaya. Palu itu kemudian kembali ke Yume. Yume melempar palunya ke atas dan palu itu turun dengan gerakan memutar secepat bor listrik menembus monster. Monster itu mengeluarkan teriakan kesakitan lalu berhenti bergerak.

“Wow... Yume, palu apa itu?” Tanya Ren kagum
“Ini? Ini Cuma palu biasa kok” Jawab Yume
“Masa? Kok dia seperti punya pikiran sendiri? Gerak-gerak bebas gitu. Trus pistolnya juga aneh” Kata Ren tidak yakin dengan jawaban Yume.
“Hahahaha, ini salah satu teknik Creating. Kamu bisa kendaliin benda hasil Creating semau kamu. Makanya palu ini bisa gerak-gerak kayak tadi. Tadi juga aku yang kendaliin peluru pistol itu” Jelas Yume.
“Keren... . Aku bisa coba ga?” Tanya Ren bersemangat. Yume mengangguk.

Ren kemudian perlahan melepaskan kedua pedangnya. Pedang itu melayang di udara, lalu saling mendekatkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti pisau pemotong di blender. “Ahahahaha, aku ga pernah tau kalau Creating bisa sekeren dan sepraktis ini” Kata Ren senang. “Udah cukup senang-senangnya. Kita tolongin mereka dulu.” Kata Yume sambil menunjuk para putri yang dari tadi terkejut melihat aksi mereka salmbil terus bertahan melawan Mist. “Eh, biarin aku aja. Aku pengen cobain itu” Kata Ren.

Ren langsung memunculkan 6 pedang sekaligus. Pedang-pedang itu berputar mengelilingi Ren dengan ujungnya menghadap ke bawah. “Kalian istirahat aja. Biar aku yang urusin mereka.” Kata Ren pada para putri. Mereka mengangguk dan perlahan mundur menuruti Ren. Pedang-pedang Ren sudah berhenti berputar dan melayang dengan ujungnya kali ini menghadap ke depan. Seekor monster maju menyerbu Ren. Pedang-pedang Ren langsung maju. Gerakannya sangat cepat sehingga bahkan Yume pun sulit melihat apa yang dilakukan pedang-pedang itu. saat berikutnya, monster itu berhenti di udara dan meledak menjadi serpihan dadu. “Yayy!!! Gimana Yume? Potonganku rapi kan?” Tanya Ren sambil tersenyum. 5 pedang Ren berpisah dan masing-masing menghadapi 1 monster. Ren mengambil 1 pedang yang tidak ikut menyerbu dan mendatangi satu monster yang tidak dihadapi pedangnya.

“Tidak mungkin. Dia bisa mengendalikan semuanya secara terpisah seperti itu? Apalagi dia baru pertama kali melakukan Control” Gumam Yume. Wajahnya terlihat jelas menyiratkan rasa terkejutnya. Ren menantang monster di depannya, terlihat berkonstentrasi. Keenam monster itu sendiri terpaku di tempatnya. Mereka seperti menyadari kalau musuh mereka kali ini berbahaya. Ren berlari menyerang monster di depannya. Pedang-pedang Ren pun langsung ikut bergerak menyerang lawan mereka. Ren melakukan tebasan vertikal, tapi meleset karena monsternya bergerak ke samping. Monster itu menaikkan salah satu cakarnya. Ren yang seperti sudah mengantisipasi hal tersebut melompat sambil berpijak di cakar yang bergerak kearahnya. Ren langsung menendang monster itu di muka, membuat monster itu terlempar kearah Yume. Yume mengambil ancang-ancang untuk lanjut menyerang monster itu, tapi anehnya monster itu tiba-tiba melayang ke atas. Di bawah perutnya Yume melihat kilatan cahaya bulan yang dipantulkan pedang Ren. Ternyata setelah menendangnya, Ren langsung melempar pedangnya. Pedang itu terbang dengan membawa monster itu, lalu turun secepat peluru. Hantaman monster itu membuat tanah serasa bergetar. Pedang di perut monster itu tercabut dan melayang perlahan ke arah Ren.

Di sisi lain, pedang-pedang Ren berhasil membuat kewalahan para monster. Mereka terlihat enggan untuk melanjutkan pertarungan. Sebuah pedang bergerak dengan cepat menghantam monster musuhnya. Pedang itu begitu cepat sampai-sampai monster itu tidak punya waktu menghindar dan diapun melayang ke arah Ren. Dengan pedang yang dipegang dengan mantap, Ren menyambut monster itu dengan tebasan dari bawah, membuat monster itu melayang ke atas sangat tinggi. “1” Pikir Ren. Pedang berikut kemudian menggabungkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti percobaan pertama Ren tadi, dan terbang menuju monster terdekat tapi meleset karena dia melompat. 2 pedang yang berputar itu mengarah ke Ren. Dengan pedangnya, Ren memukul balik pedang itu. Impact dari pukulan Ren membuat pedang itu memantul kembali lebih cepat lagi dan mengenai monster yang tadi melompat. “2” Pikirnya.

3 monster yang lain memutuskan untuk menyerang Ren. Ren menghindari terjangan monster pertama yang mencapainya dengan lompatan salto dan langsung menendang kepala monster itu sampai menghantam tanah. Tidak berhenti di situ, Ren langsung melompat lagi menuju ke monster pertama yang masih melayang karena tebasannya membuatnya melayang sangat tinggi. Ren membelokkan badannya dan menendang monster itu ke tanah sekuat tenaga. Monster itu menghantam monster yang tadi terkena tendangan salto Ren. Satu pedangnya melayang ke Ren yang langsung dia lempar menusuk perut kedua monster itu. Tidak cukup sampai situ Ren menjatuhkan lututnya tepat di leher kedua monster itu. “3” Pikir Ren.

2 monster lain sudah berada di kiri dan kanan Ren dan tanpa menunggu lebih lama, mereka sama-sama maju menerjang. Yang satu mengarah ke kepala Ren, dan satunya ke kaki. Ren dengan anggun melepas pedangnya dan memiringkan badannya. Kakinya tidak lagi berada di tanah untuk menghindari penyerang kakinya. Ren melayang diantara 2 monster itu, lalu tangannya memegang leher keduanya dan dia memutar badannya. Yang tadi berada di atas dan mengincar kepalanya dibanting ke tanah, dan yang mengincar kakinya di buang ke atas. Dia langsung mengambil kembali pedangnya yang bahkan belum menyentuh tanah sejak dia lepaskan tadi dan menyambut monster yang jatuh ke arahnya dengan tebasan vertikal. Monster itu terbelah 2 sambil kakinya mematahkan leher monster di bawahnya, dan sebagai penutup, pedangnya ditancapkan di kepala monster yang lehernya sudah di patahkan. “Nah, dengan begitu jadi 5” Kata Ren sambil tersenyum.

Yume melongo. Ren terlalu luar biasa untuk disebut sebagai Dreamer pemula. Dia melakukan semuanya seolah-olah ini hal yang biasa untuknya.

“Oi... Ren... jangan terlalu sadis begitu” Kata Yume
“Ehehe, sori... aku kebawa suasana. Abisnya kapan lagi punya kesempatan bisa niru anime gini? Aku jadi ngerasa keren!” Kata Ren.
“Oh ya, aku liat kamu sering banget pake pedang. Senjata favoritmu ya?”
“Enggak. Aku sebenarnya ga suka senjata yang bisa ngelukain orang. Tapi mereka kan bukan orang. Aku pilih pedang karena lebih efisien aja”
“Oh... aku serem ngebayangin kalau ternyata kamu psikopat yang suka liat darah”
“Uh... cewek seimut aku ga cocok dengan imej seperti itu” Kata Ren cemberut.

Ke 6 putri yang sudah diselamatkan mereka menatap mereka dengan kagum

Minggu, 04 November 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Angel*

"Hai San. Apa kabar?" Kata Angel di seberang telpon.
"Baik kok. Ya ampun... rasanya udah lama ga denger suara kamu. Jadinya sepi... mulu"
"Hahaha, gombal. Aku kebetulan pake kartu yang ngasih layanan paket murah buat nelpon ke luar negeri"
"Kan kita bisa YMan aja"
"Alah, paling modemmu sekarang udah habis quota jadi ga bisa ngenet"
"eee.... Iya sih. Jadi, gimana Oz? Seru?"
"Lumayan. Tapi di sini rada mahal"
"Jadi pengen ke sana"
"Jangan deh, di situ aja kamu udah kewalahan"
"Huu... dasar"
"Jadi gimana? Udah... dapat... penggantiku belum?" Tanya Angel perlahan
"Uh... sejak kamu pergi aku masih suka galau. Susah move on"
"Jiah... jangan gitu dong say"
"Apalagi kalau kamu udah ngomong gitu"
"Hihi, maaf deh"
"Kamu sendiri? Pasti udah ya? Pasti banyak bule yang pengen deketin kamu"
"Ya iyalah"
"Uh..."
"Kenapa? Kamu cemburu?"
"Eh, enggak kok. Kita kan dah ga ada hubungan apa-apa"
"Begitu..." Suara Angel mengecil
"..."
"Ya udah deh San, kapan-kapan kita ngobrol lagi yah? Kamu buruan cari penggantiku. Biar ada yang jagain kamu"
"Iya, aku usahakan. Ga usah khawatir. Pelan-pelan perasaanku udah mengarah ke status kita berteman kok"
"Baguslah. Dah..."

"Maaf Angel, aku bohong. Aku sampai sekarang ga bisa hilangin perasaanku. Bukannya ga bisa, tapi lebih tepatnya aku ga mau. Perasaanku ga mungkin hilang begitu saja. Udah banyak banget suka duka yang aku lewatin denganmu. Hatiku rasanya udah klop sama kamu. Entah apa aku bisa mencari yang lain atau enggak. Ga. Aku ga mau cari yang lain" Pikir Sandy

Sandy tau kalau Romi bisa membaca pikirannya, tapi Romi diam tidak berkomentar. Mungkin dia bersimpati dengan Sandy. Dalam hati Romi dia sendiri merasa sedikit bersalah, karena dia seperti sudah memaksa Sandy untuk memacari Siska dan melepaskan Angel.

* * *

Sementara itu...

"Maafkan aku Sandy, aku sengaja berlagak kuat. Aku ga ingin kamu khawatir sama aku. Aku sudah pasti ga akan bisa nyari penggantimu. Maaf aku egois karena mutusin kamu dengan alasan kekanakan seperti ini. Aku ga bisa berpikir saking shocknya waktu orang tuaku bilang kalau kita bakal pindah ke sini, dan malah mutusin kamu. Aku udah gatau harus gimana kalau udah gini Sandy... tolong aku. Apa aku harus minta balikan? Tidak. Aku tidak mau ngerepotin kamu yang harus nungguin aku kembali dari Australi. Uhh... Sandy..." Pikir Angel. Air matanya bergulir dengan lembut di pipinya. Dia terisak di lantai dengan kepala bersandar di tempat tidurnya.

(Bersambung)

Sori kalau agak lama updetnya yah? Belakangan aku keasikan main game dan ga ada ide yang muncul :P. Semoga yang kali ini cukup memuaskan kalian :). Oh ya, Desainer Mimpi juga bakalan lama kayaknya. Karena... ternyata susah juga bikin cerita fantasi. Aku jadi makin salut sama penulis manga -_-
Eniwei, mohon do'anya semoga aku bisa terus lanjutin RIP dan Desainer Mimpi :)

Kamis, 01 November 2012

UTS

Aku dah memasuki masa UTS dari senin lalu, dan baru kepikiran untuk cerita sekarang *doh* -_-

Jadi, apa yang mau kuceritain sekarang? Mungkin kesan pertama mengikuti ujian di masa kuliah. Kesannya, waw banget. Hahaha, aku agak ga terbiasa juga :P. Ujiannya rata-rata bolehin buka buku xD. Tapi, sayangnya, buku apapun yang dibuka, belum tentu bisa ngebantu kita ngerjain soalnya. Ambil contoh, waktu "Pengantar Bisnis". Soalnya bilang kita open source, jadi boleh buka buku, laptop, internet, pokoknya segala cara dihalalkan. Yah, kebanyakan sih minta pendapat kita, dan buku hanya pedoman. Aku dengan paniknya langsung sms Shiina dan Mizuumi buat minta petunjuk.

Dengan minimnya catatan, aku jadi harus lebih merhatiin penjelasan dosen. Okesip! Wish me luck guys. Sekali-sekali ngeposting yang bukan cerpen gapapa kan? :)

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 6*

"San, lo serius mau bantuin gw kan?" Tanya Romi ragu-ragu.
"Iyalah. Ogah gw diikutin lo terus dari belakang. Apa-apa ga bebas" Sandy.
"Lo jangan ngomong gitu lah, gw ngerasa jadi beban"
"Sori kalau kasar, tapi emang gitu. Gw mau mandi, mikir elo. Mau tidur, mikir elo."
"Lo kayak lagi kasmaran sama gw"
"Setan"
"Emang. Week... . Eh, kalau lo mau bantuin gw, kok lo gituin Siska sih?"
"Gituin gimana?"
"Ngomong to the poin gitu. Kan kasian dia. Bisa-bisa dia jadi ilfil sama lo"
"Jangan sok tau. Gw tau apa yang gw lakuin"

Setelah berkata begitu Sandy pergi ke sebuah cafe. Di sana dia duduk memesan cake coklat dan jus wortel.

"Ngapain lo kesini? Ini kan cafe favorit gw dan Siska" Tanya Romi keheranan.
"Gw emang nungguin dia kok"
"Eh? Emang lo udah janjian ke sini?"
"Enggak. Gw tau aja dia bakal datang"

Selesai berkata begitu, dari pintu masuk muncul Siska.

"Bener kan gw bilang?"

Siska memanggil pelayan. Selesai mencatat, pelayan itu pergi mengantarkan order ke dapur. Siska duduk menunggu sambil melihat sekeliling dan tatapannya jatuh pada Sandy yang sekarang menukmati jus wortelnya. Siska sedikit terkejut. Dia tidak pernah melihat Sandy datang ke sini sebelumnya. Siska teringat percakapan mereka kemarin di kantin kampus tentang Romi. Sedikit ragu-ragu, Siska beranjak menghampiri Sandy.

"Hai San. Boleh duduk di sini?"
"Um" Kata Sandy tanpa menatap Siska. Masih asik dengan jus wortelnya.
"Aku baru pertama liat kamu ke sini. Atau kamu emang sering kesini tapi kita jarang berpapasan"
"Enggak. Aku emang baru pertama ke sini. Ada temanku yang bilang kalau cakenya enak"
"Iya. Aku juga suka di sini. Tempatnya sejuk. Cakenya juga emang enak"
" . . . "
"San?"
"Kamu mau ngomong apa?"
"Eh?"
"Ga usah muter-muter. Ada perlu apa sama aku?"
"Eh... itu... tentang kemarin. Aku mau minta maaf"
"Ngapain minta maaf? Kamu ga ada salah kok"
"Gi gimana yah? Aku kaget kamu tiba-tiba ngomong gitu"
"Oh..."
"Yang kamu bilang kemarin itu serius?"
"Apa aku keliatannya becanda? Kalau itu cuma bercanda, aku udah keterlaluan."
" . . . "
"Kamu masih ga bisa relain dia?"
"I, Iya..."
"Gitu? Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Yaudah kamu habisin aja waktumu dengan sia-sia nyesalin kepergian dia"
"Sia-sia? Ini karena aku cinta sama dia!"
"Oh, trus apa yang kamu harapin dengan terus nyesalin dia begini? Kamu nangis-nangis, atau apapun ga akan balikin dia"
"Dia memang ga bakal balik lagi, tapi setidaknya dia bakal hidup dalam ingatanku"
"Kamu tetap ingat dia beda dengan kamu ga relain kepergian dia."

Kalimat terakhir Sandy membuat Siska terdiam. Perlahan air mata mulai membasahi pipinya. Dia menggeleng-geleng dengan kuat seakan tidak ingin menerima kenyataan yang diutarakan Sandy. Sambil menangis dia pergi dari cafe itu.

"Siska!" Romi memanggilnya, tapi sia-sia. Siska tidak akan bisa mendengar suara Romi lagi. Itu sudah pasti.
"Sori Rom. Tapi kalau gw ga kayak gini, bakalan susah untuk Siska relain lo dan membuka hatinya untuk orang lain"
"Oke, gw ngerti. Gw udah serahin nasib gw ke elo, jadi gw harus ikutin semua cara lo"
"Thanks" Sandy tersenyum. Dalam hati dia sedikit kasian sama Siska.
"Gw senang lo peduli sama dia dan gw gini."
"Hah?"
"Gw kan bisa baca suara hati lo"
"Huh, curang"
"Ngomong-ngomong..."
"Ngomong-ngomong kenapa?" Tanya Sandy, tapi Romi cuma berkedip
"Nanti juga lo tau. Gw punya 2 info. Yang satu dari gw, dan satu lagi dari malaikat maut"
"Yang dari malaikat maut dulu deh. Info lo gw ragu kebenarannya"
"Sialan. Oke, bentar lagi Angel nelpon"
"Hah? Cumpah? Ciyus? Miapah?" Kata Sandy membuat Romi memandangnya dengan tatapan 'Oh-My-God'
"Yang dari gw.... tuh" Dia menunjuk pelayan yang datang membawa cheese cake dan jus jeruk.

Pelayan itu sebentar mencari-cari, lalu mendatangi Sandy

"Mas, mas temannya cewek yang tadi ya?"
"Iya"
"Temannya mas ke mana? Ini pesanannya"
"Wah, kayaknya udah pulang mba"
"Kalau gitu mas harus bayar punya mba tadi juga"
"Hah?!"

Dengan berat hati Sandy mengeluarkan 1 lembar 50ribuan terakhir di dompetnya. Di sampingnya Romi tertawa dengan senang hati. Setelah memberi tatapan 'Kucekek-kau-nanti', handphone Sandy berbunyi. Telpon dari nomor yang sama sekali asing bagi Sandy. Kelihatannya ini nomor luar negeri. Mungkinkah?

"Ha, ha, halo?" Kata Sandy dengan gemetar saking bersemangatnya.
"Halo San, ini aku" Kata suara di seberang telpon
"Angel?!"

(bersambung)

Next, aku mau bagi cerpen ini dalam 2 rute. Rute Angel, dan rute Siska. Ini gara-gara aku lagi getolnya dengan Visual Novel :D. Maksudnya dengan rute itu artinya jalur ceritanya. 2 Rute ini *hopefully* mempunyai ending yang berbeda satu dengan yang lain. Menurutku sih ga ada salahnya kucoba. Jadi memberi variasi ke pembaca :)

Untuk bedain Rutenya, judulnya bakal jadi "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Angel*", dan "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Siska*". Wish me luck guys :)

Minggu, 28 Oktober 2012

Desainer Mimpi *Part 3*

Aku makin bersemangat nulis cerpen ini. Mungkin karena keseringan nonton anime imajinasiku jadi jauh gini XD. Semoga kalian suka ceritaku. Komennya plis... :D

-------------------

"Uh..." Ren memegangi kepalanya. Sejak bangun pagi kepalanya terasa sedikit nyeri.
"Ng? Ada apa Ren? Kamu sakit?" Tanya Lusi, temannya dengan ekspresi khawatir.
"Eh? A, a, aku gapapa kok. Mungkin kurang tidur aja" Ren memaksakan tersenyum.
"Syukurlah. Kalau ada apa-apa, kamu cerita aja. Aku ke kantin dulu yah?" Lusi kemudian pergi meninggalkannya.

Uh... Ren tampak kelelahan... matanya perlahan menutup.
"Ren? Sedang apa kamu di sini? Bukannya kamu masih sekolah?" Tanya Yume.
"Hee?! Kenapa kamu di sini?" Tanya Ren kaget.
". . ." Yume menatapnya tanpa ekspresi.
"Eh? Eh? Tadi kan aku dikelas. Kalau ada kamu, berarti aku ketiduran?!"
"Udah jelas kan? Ya ampun... tidur di kelas itu tidak baik loh. Untung aja sekarang waktunya istirahat"
"Ehehehe, kepalaku tadi pusing. Jadi aku istirahat bentar. Eh, malah ketiduran"
". . ."
"Em... Hujan yah? Di mana kita?"
"Liat aja sendiri"

Ren memperhatikan kalau mereka sedang berada dalam gubuk tua dengan suasana yang menyeramkan. Ren refleks memegang erat tangan Yume.

"Yume, apa ini kerjaan D-Captor?"
"Em... tidak. Aku ga ngerasa kita terkurung dalam Anti-M"
"Oke, kita pergi dari sini. Mmmm..." Ren memejamkan matanya berkonsentrasi untuk Manipulating.
". . . Tidak terjadi apa-apa"
"Hah, hah, hah, aku tidak bisa. Aku tidak kuat"
"Hei! Kamu kenapa?"
"Kekuatanku tidak cukup. Entah kenapa"
"Kalau kamu tidak cukup berkonsentrasi, kamu tidak akan pergi dari mimpi ini. Dari gelombangnya, ini mimpi buruk"
"Gawat"

Crack... tiba-tiba dinding di belakang mereka retak seperti di pukul dengan palu. Tidak berapa lama dinding itu hancur dan sekelompok tengkorak berlari menyerbu mereka.

"Lari!!!" Teriak Ren.
"Kyaaa!!!"
"Uh... coba kalau aku bisa manipulating."

Ini memang bukan pertama kalinya Ren menghadapi mimpi buruk. Tapi ini memang pertama kalinya Ren melawan mimpi buruk tanpa manipulating. Biasanya Ren akan merubah lingkungan yang menguntungkan dia. Tapi sekarang dia  harus melawan di lingkungan aslinya. Musuhnya dalam mimpi buruk juga berbeda-beda. Dia pernah melawan teroris karena sebelum tidur dia keasikan menonton film, melawan hantu karena terserap game, dan sebagainya. Mimpinya memang dipengaruhi apa yang sedang asik berada di pikirannya. Kita semua begitu kan? Sukurlah selama ini dia bisa mengatasi mimpi buruknya lalu manipulating ke mimpi indah. Dia tidak boleh gagal. Mimpi buruk tidak akan menjadi nyata karena 'tidak masuk akal', tapi jika dia kalah dan meninggal di mimpi, maka di dunia nyatapun dia akan meninggal. Minimal jatuh sakit.

"Yume, apa kau tidak bisa manipulating? Bantu aku" Tanya Ren. Mereka berdua masih berlari dari kejaran tengkorak di belakang mereka
"Tentu bisa"
"Kalau gitu bantu aku! Apa kau datang di mimpiku hanya untuk menonton? Katanya kau partner"
"Maaf, karena ini bukan mimpiku jadi kekuatanku cuma setengah. Berbeda saat kau berada di mimpiku ketika pertama kita bertemu itu"
"Baiklah, kalau gitu ubah dunia ini menjadi siang dan hentikan hujannya. Bisa kan? Aku yang urus sisanya"
"Mmmm...."

Seketika langitpun cerah dan hujan berhenti. Ren berkonsentrasi dan tiba-tiba sebuah pedang muncul di depannya. Yume memunculkan tongkat. Mereka berdampingan berdiri bersiap menghadapi gerombolan tengkorak yang berlari mengejar mereka. "Kemari kalian. Aku suka dikejar-kejar karena keimutanku, tapi aku benci dikejar-kejar orang dengan tatapan tidak sopan seperti kalian!" Kata Ren membuat Yume menatap tidak percaya "Oi, bukan itu masalah kita".

"Yaaahhhhhh!!!!" Ren menendang kepala tengkorak yang datang paling pertama dan kepala tengkorak itu terbang. Lalu Ren menebas bagian perut tengkorak itu membuatnya terbelah 2. Tulang-tulangnya jatuh berserakan. Di sebelahnya Yume dengan gesit menangkis lalu memberi tendangan berputar tengkorak yang menyerangnya membuat tengkorak itu terlempar menghantam teman-teman di belakangnya sampai terjatuh.
Ren dan Yume kemudian maju menyerbu.

Sebuah tengkorak mengayunkan pedang di samping Ren. Ren refleks menunduk dan memberi tebasan berputar, lalu menendang tengkorak lain yang datang di depannya. Ren memunculkan pedang lain. Sekarang dia menggunakan 2 pedang. Ren kembali menyerbu gerombolan tengkorak itu. Berkelit menghindari tebasan pedang tengkorak dengan anggun, Ren berputar menyerang tengkorak-tengkorak itu seolah sedang menari di antara kerumunan. Rambutnya hitamnya berayun dengan lembut seiring gerakan Ren. Tidak satu tengkorakpun berhasil melukai Ren walaupun hanya sekedar luka tergores. Dalam waktu singkat tengkorak-tengkorak itupun habis.

"Keren. Darimana kamu belajar bermain pedang seperti itu Ren?" Tanya Yume kagum.
"Ehe, anime" Kata Ren sambil tersenyum.
"Ti, ti, tidak mungkin. Kamu sudah bisa..." Gumam Yume.
"Ng? Ada apa Yume?" Tanya Ren kebingungan melihat ekspresi Yume.
"Eh? Tidak apa-apa kok. Oh ya, kamu ga bisa Manipulating kali ini mungkin karena kamu kelelahan. Kalau kamu sudah terlalu capek, kamu bakal sulit berkonsentrasi walaupun kamu tidak sadar. Biasanya ini karena di dunia nyata kamu sedang banyak pikiran"
"Um. Aku memang sedang siap-siap mau ujian nih."
"Pantesan. Tapi tenang, kamu bakal selalu punya creating."
"Eh, kepalaku dari pagi pusing nih. Apa ada hubungan dengan aku creating Sarara di mimpi sebelumnya?"
"Aku rasa tidak. Apa yang kamu lakuin di dunia mimpi ga akan mempengaruhi kondisi fisikmu. Mungkin itu karena kamu baru pertama kali menghadapi Anti-M nya D-Captor. Tenang aja, pusingmu bakal cepet ilang kok"
"Sukurlah... jadi intinya aku ga boleh stres supaya kekuatanku selalu berada di kondisi maksimal?"
"Yup. Sekarang ayo bangun..."

Ren terbangung tepat ketika bel selesai istirahat berbunyi.

(Bersambung)

Haaa..... aku jadi ketagihan beneran XD. Semoga bisa kulanjutin terus. Ganbatte kudasai!

Jumat, 26 Oktober 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 5*

Siska pulang ke kosnya. Dengan malas dia membuang tasnya begitu sja, membuat isi tasnya berhamburan di tempat tidur. Siska terkejut melihat 1 benda asing yang seingatnya bukan miliknya, tapi sangat dia kenal. Coklat. Siska mengambil coklat tersebut sambil kebingungan. Seingatnya dia ga beli coklat itu apalagi di akhir bulan gini. Tersangka utama, Sandy. "sebelum pulang kan dia ngajak ngomong. Tumben banget. Dan dia masukinnya... pasti waktu aku mungut pulpen itu. kok jadi seperti......" Siska melamun

* * *

"Gyaaa...... Dasar lo Rom!!!" Teriak Sandy kesal
"oi, kenapa? Gw salah apa?" Tanya Romi dengan tampang tidak bersalah.
"Duit gw abis gara-gara coklat itu!!! Mau makan apa gw sisa bulan ini?!"
"Sabar..."
"Sabar, sabar, lo sih enak ga perlu makan. Gw gimana? udah kurus gini, makin ceking nanti!"
"Iya, deh, sori. Cuma sekali aja beli coklatnya. dulu gw kayak gini. ngasih dia coklat diam-diam gini"
"Trus berikutnya gimana?"
"Tungguin aja, nanti dia yang datangin lo, buat bilang terimakasih atas coklatnya"

Hari itu Sandy tidur lebih cepat untuk menghindari rasa lapar, tapi sebelumnya dia jadi memikirkan Siska. Dia ngerasa kalau cara Romi tidak akan berhasil. Untuk orang yang sedang terikat masa lalu seperti Siska, tidak akan bisa didekatin dengan cara begini. Cuma menambah kesedihan aja. Tapi entahlah... liat aja besok.

"Tenang aja... pasti berhasil kok" Kata Romi tiba-tiba
"Apanya?"
"Cara gw"
"Gw kan ga ngomong apa-apa"
"Gw baca pikiran lo"
"Curang" Kata Sandy kemudian tidur.

* * *

Besoknya, Siska tidak mendatangi Sandy seperti kata Romi. Bahkan setelah kelas selesai dia cepat-cepat pergi tanpa melirik Sandy. Sandy sudah menduganya.

"Gimana Rom?" Tanya Sandy
"Gatau"
"Loh? kok gatau? Katanya cara lo pasti berhasil"
"Dulu gw gini kok"
"Apa yang gw pikirin benar kan?"
"Iya. Gimana dong kalau ga berhasil? Gawat..." Romi mulai cemas
"Tenang aja. Gw yang urus nanti"

* * *

Siska sedang duduk di kantin menikmati nasi gorengnya. Sandy datang menghampiri. Sandy memang sengaja mengejar saat Siska makan karena dia ga mungkin kabur. apalagi kalau baru mulai makan. Kan ga mungkin kalau dia kabur sambil bawa-bawa nasi goreng.

"Hai Sis"
"Hai" Jawabnya dingin
"Em... ini. aku mau kembaliin bukumu"
"Oke"
"..."
"..."
"Coklatku udah kamu terima?"
"Iya"
"Suka"
"..."
"Em... kayaknya kamu lagi males ngobrol. Aku pergi deh. Oh ya" Dia mengecilkan suaranya "Sori kalau aku dah bikin kamu jadi keingat Romi." Lalu pergi. Siska menatapnya dengan kaget
"Tunggu!"
"Kenapa?" Romi sudah mencapai pintu kantin.
"Apa maksudmu bicara begitu?" Tanya Siska
"Kamu tau pasti apa yang aku omongin" Sandy pergi tapi Siska menarik tangan menahannya
"Kenapa lagi?" Tanya Sandy
"Kamu... tau tentang Romi darimana"
"Ga penting aku tau darimana. Yang paling penting kamu harus tau kalau dia sedang menderita karena kamu" Kata Sandy melepaskan tangannya lalu pergi meninggalkan Siska yang terpaku.

(Bersambung)

Apa yang terjadi selanjutnya? kelihatannya keadaan sudah tidak memungkinkan untuk Sandy jadian dengan Siska stelah Sandy menyinggung-nyinggung masalah Romi. Stay tune!!!

Desainer Mimpi *Part 2*

"Hi Ren..." Yume menyapa
"Eh? Kenapa kamu di sini?" Tanya Ren
"Aku kan dah bilang bakal ada terus di mimpimu. Aku nih partnermu"
"Lupa"

Ren sedang di kelas mendengarkan pelajaran dengan bosan.

"Yum, aku bisa bikin ada rapat guru ga?"
"Um... tentu"
"Oke, aku mau ada rapat guru!"

Tidak terjadi apa-apa...

"Eh? Kenapa bapaknya tetep ngoceh?"
"Ehehehe, sori... aku lupa jelasin kalau untuk kendaliin semua, kamu butuh konsentrasi yang tinggi. Jadi besoknya kamu bakal lebih cepat capek kalau terlalu banyak perubahan di mimpimu"
"Dasarr!!! Bilang daritadi!"

Ren berkonsentrasi memikirkan rapat guru. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau semua guru dipanggil menghadiri rapat.

"Berhasil!!"
"Kamu hebat. Cepat sekali nguasainnya" Puji Yume.
"Hehe"

Selanjutnya Ren membuat semua teman-temannya memberinya coklat.

* * *

Besoknya, semua terjadi persis dengan yang dimimpikan Ren. Guru rapat, temannya memberi coklat dengan alasan pacarnya yang mau dikasih itu giginya sakit. Beberapa hari ini berjalan dengan menyenangkan. Sampai di suatu mimpi...

"Yume, ngapain kita di hutan gini?" Tanya Ren
"Manakutau? Ini kan mimpimu" Balas Yume kesal seolah-olah mereka berada di hutan karena dia
"Sudahlah, aku bisa mengubah lokasi dengan mudah. Ngg....."

Tidak terjadi apa-apa.

"Eh? Kenapa tidak berubah? apa aku kurang keras berkonsentrasi?" Ren kebingungan.
". . ." Yume diam dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan. Dia juga merasa ada yang salah dengan hutan di mimpi kali ini.
"Yume, apa aku kurang berkonsentrasi?" Tanya Ren
"Jangan-jangan..." Kata Yume perlahan
"Yume?"

Tiba-tiba pohon di sekitar mereka tumbang seperti ditabrak. Ya, memang ditabrak. Sebuah buldoser sedang berjalan ke arah mereka

"Lari!!!" Teriak Yume
"Kyaaa...!!!"
"Mereka ini tidak pernah menyerah juga" Kata Yume dengan pandangan jijik ke arah buldoser itu.
"Tu, tunggu... Yume!!" Ren kelelahan berlari.
"Ren!!!"
 "Dasar aku bodoh!!!" Teriak Ren.

Tiba-tiba dia menggunakan baju perang ala Hoshizora Sarara *google kalau gatau :P* dan terbang menjauh dari buldozer itu. "Harusnya aku memikirkan ini daritadi" Katanya. Yume kagum dibawahnya sambil terus berlari dari kejaran buldoser itu. Ren memusatkan kekuatannya di panahnya dan mengeluarkan "Luna Blaster!!!" Teriaknya. Buldoser itupun hancur seketika. Ren menghilangkan baju perangnya dan mengubah suasana ke sekolahnya.

"Apa itu tadi?" Tanya Ren
"Itu kerjaan peralatan dari sebuah organisasi rahasia D-Captor. Mereka menciptakan peralatan untuk mengendalikan mimpi seperti tadi dan memblokir impuls otak kita sehingga kita tidak bisa berpindah tempat. Sudah lama mereka mengincar kekuatanku. Kamu tidak boleh sampai didapatkan mereka. Mereka sudah lama berusaha mengejar-ngejar para Dream Designer untuk mengambil kekuatan mereka mengubah mimpi menjadi nyata."
 "Tapi mereka sudah bisa Creating seperti itu. Untuk apa mereka mengejarku?"
"Denger baik-baik makanya. Mereka bisa Creating, tapi tidak bisa mengubah mimpi mereka jadi nyata. Realitification itu cuma dimiliki Dream Designer."
"Aku mengerti. Sekarang setelah mereka menemukanmu, kamu harus melawan mereka dan melawan mimpi burukmu sendiri"

Keadaan ternyata tidak selalu semulus yang diharapkan. Sekarang Ren memiliki musuh yang cukup berbahaya. D-Captor. Lawan terberat Dream Designer selain mimpi buruk mereka.

"Oh ya, kenapa setelah buldoser mereka hancur kita bisa berpindah tempat lagi?" Tanya Ren. Memang awalnya mereka tidak bisa manipulating, tapi setelah buldoser itu hancur, kemampuan manipulating pun kembali.

"Itu karena kemampuan Creating mereka hanya untuk 1 objek, dan setiap objek itu dibuat, mereka memasang barier Anti-M. Setelah kamu hancurin itu, Bariernya juga hilang. Tenang aja, apa yang terjadi dalam Anti-M tidak akan jadi nyata. Jadi kamu ga usah khawatir nanti kamu dikejar-kejar buldoser sepulang sekolah" Jelas Yume
"Oke, aku ngerti"
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu jadi Sarara?"
"Ehe, aku spontan mikirin dia"
"Haduh.... dasar gamer"

(Bersambung)

Apalagi yang akan dilakukan D-Captor untuk mendapatkan Ren?
Eniwei, kalau ada yang penasaran sama Sarara, aku kenal dia di game Magical Battle Arena. Ini fotonya :)

Desainer Mimpi *Part 1*

Ahahahaha, tiba-tiba aku pengen nulis cerita berbau fantasy xD *Sniff sniff* gatau kenapa tiba-tiba dapat ide cerita kayak gini, dan entah apa bakal bisa ber-part-part seperti R.I.P. Ikimasho :D

--------------

"Ren!! Berani sekali kamu tidur di kelas bapak!!!"
"Uwaaa!!! Ada Singa lepas!!!" Teriak Ren tiba-tiba.
"Apaa?!" Wajah pak Deni memerah
"Eh? Ma, ma, maaf pak... saya tadi mimpi jalan-jalan di kebun binatang. Bukannya ngatain bapak Singa..." Kata Ren sambil celingukan kebingungan.
"KELUAR!!!"

Ren langsung mengambil langkah cepat keluar kelas. Wajahnya memerah. Semalam dia keasikan main game yang baru di donlotnya jadinya dia hari ini ngantuk. Daripada bengong ga jelas dan dimarahi guru lain karena dikira bolos, Ren memilih untuk pergi ke perpustakaan.

Sebagai murid yang hampir ga pernah ke perpus, wajar kalau Ren bingung mau ngapain di perpus ini dan berakhir dengan jalan-jalan ga jelas di rak-rak buku. Tiba-tiba... Ren berhenti. Semacam ada kekuatan tidak terlihat, dia tiba-tiba menarik sebuah buku dari salah satu rak. Judul buku itu "How to Make Your Dreams Come True".

Buku itu cukup tipis. Ren membaca halaman pertama buku itu:

Jika kamu bisa menemukan buku ini, selamat. Kamu memiliki sesuatu dalam dirimu yang membuat buku ini menampakkan dirinya dan menarikmu. Tapi, buku ini tidak akan memaksamu untuk membacanya. Kalau kamu yakin ingin menjadikan semua mimpimu menjadi nyata, silahkan lanjutkan membaca. Tapi jika tidak, silahkan taruh kembali di rak maka buku ini tidak akan menampakkan dirinya padamu lagi.


Ren memikirkan kata-kata pada buku itu. Menjadikan semua mimpiku menjadi nyata? E... aku memang memiliki banyak impian. Semua manusia pasti begitu. Baiklah, aku mau.

Ren membaca halaman selanjutnya:

Jadi kamu memilih mimpimu? Perlu kuingatkan kalau semua resiko harus bisa kamu tanggung sendiri karena mimpi indahmu, dan mimpi burukmu akan menjadi nyata setiap kamu terbangun. Tapi kamu juga akan diberi kesempatan untuk dapat mengubah mimpi tersebut.

Ren berhenti. Eh? Jadi mimpi waktu tidur toh? Kalau mimpinya bisa nyata, baik mimpi indah atau buruk bakalan terjadi? Gawat kalau aku mimpinya dimakan singa kayak tadi. Tapi disini dikatakan kita bakal dikasih kesempatan untuk ngerubah mimpinya. Baiklah, selama aku bisa rubah semua mimpiku jadi indah, pasti ga bakal terjadi hal yang gawat kan? Oke deh.

Halaman berikut:

There is no turning back now. All your dreams will come true...

seketika halaman buku tersebut bercahaya. Ren merasa kepalanya ditusuk ribuan paku. Dia tertunduk, meremas rambutnya. Sakitnya sungguh tak tertahankan. Dia pingsan...

"Ren? Ren" Samar-samar ada suara dari kejauhan memanggilnya. Ren membuka matanya. Semunya putih. Dia tidak melihat deretan rak-rak buku perpustakaan.
"Ren!!!" Suara itu berteriak. Ren terkejut. Di sampingnya seorang gadis manis berambut panjang dengan terusan putih duduk.

"Siapa kamu? Dimana ini?"
"Oi... tenang aja. ga usah gugup gitu. Namaku Yume. Salam kenal..." Dia tersenyum.
"Trus ini dimana?"
"Kita lagi di batas antara dunia mimpi dan nyata"
"Eh?"
"Kamu ingat buku apa tuh judulnya? Yang bikin mimpimu jadi nyata itu"
"Iya aku baca. Nah, buku itu reinkarnasiku."
"Oh... Trus gimana?"
"Karena kamu udah setuju untuk membuat semua mimpimu jadi nyata, aku akan jadi partnermu. Aku akan menjelaskan segala cara yang bisa kamu gunakan untuk mengubah mimpimu."
"Baiklah, aku mengerti. Sekarang apa yang harus kulakukan?"
"Perhatikan *Poof*" Yume tiba-tiba memunculkan papan tulis dari udara kosong lalu menulis:

1. Creating
2. Manipulating
3. Memorizing

"Baiklah, kemampuan yang kamu miliki ada 3. yang pertama Creating. Kemampuan ini membuat kamu bisa menciptakan benda apa saja sesuai keinginanmu. Contohnya, seperti ketika aku munculin papan tulis ini. Kedua, Manipulating. Dengan ini kamu bisa memanipulasi suasana, atau apapun yang ada di sekelilingmu. Misalnya" Yume menjentikkan jarinya kemudian mereka segera diguyur hujan lebat membuat Ren kaget. "Stop!!! Aku basah!!!" Teriaknya.

"Basah apanya?" Kata Yume. Hujannya berhenti, dan mereka berdua sama sekali tidak kebasahan.
"Wah... keren!" Yume tersenyum mendengar pujian Ren.
"Selain ini, kamu juga bisa memanipulasi tempat. Kalau kamu mengganti tempat kejadian mimpi itu, nanti di dunia nyatanya akan terjadi di tempat yang sama. Tapi, kamu tidak bisa memanipulasi tindakan orang lain, seperti membuat seorang cowok naksir kamu di mimpi. Tapi kalau mau kamu bisa membuat keadaan yang membuat cowok itu dekati kamu kok" wajah Ren memerah.

"Yang terakhir, sepertinya udah jelas. kamu bakal ingat mimpimu. Jadi kamu bisa tau apa yang akan terjadi setelah kamu bangun berdasarkan ingatan mimpimu. Oh ya, ingat juga kalau ga semua adegan mimpi yang kamu manipulasi bisa jadi nyata. Yang bisa dibuat nyata itu cuma bagian-bagian mimpi yang masih bisa diterima logika manusia. Jadi kalau misalnya kamu buat di mimpimu kalau gurumu tiba-tiba berubah jadi Power Ranger, ga bakalan jadi di dunia nyata. Oke, mulai sekarang setelah kamu bangun, semua kemampuan ini akan aktif. Sekarang, bangunlah..."

dan Ren tersadar. Dia sedang berbaring di lantai Perpustakaan. Buku itu sudah hilang...

(Bersambung)

Kira-kira apa saja yang akan dilakukan Ren dengan mimpinya?
Maaf yah kalau ceritanya tidak jelas. Mohon komennya supaya aku langsung end ceritanya XD