Kamis, 22 November 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Siska*

"Yup. Hai San. Udah lama ga denger suaramu" Kata Angel di telpon.
"Wah... kamu juga. udah kutelpon berkali-kali nomormu ga aktif. Aku pikir kamu mau lupain aku begitu aja setelah kita putus"
"Oi, oi, ga mempan kamu sok melas gitu"
"Hahaha, kamu tau aja."
"Sori, aku ganti nomor. Soalnya di sini ga ada tempat buat beli pulsanya sih, jadi sekalian ganti nomor aja"
"oh... ngerti"
"Ehehe..."
". . ."
"San?"
"Eh? Maaf aku tadi melamun. Ada apa?"
"Em... enggak. Udah dulu yah? Aku cuma pengen denger suaramu bentar aja" Kata Angel dingin.
"O, oke. Dah..." Tut. Angel mematikan telponnya. Sesaat tadi Sandy tiba-tiba memikirkan Siska yang meninggalkan kafe itu dengan menangis.

"Mungkin aku terlalu berlebihan sama Siska. Yah, tapi mau gimana lagi? Untuk menembus hatinya yang udah tertutup sama Romi aku ga tau harus dengan cara apa" Pikir Sandy. Saat ini, kepalanya dipenuhi dengan Siska sampai-sampai dia tidak merasa apa-apa saat ditelpon Angel.
"Gapapa kok San. Aku rasa kamu benar ngomong begitu ke dia. Mau tidak mau dia memang harus relain aku. Tapi seperti katamu, relain aku, bukan berarti lupain aku" Kata Romi, membaca pikiran Sandy.
"Okelah kalau kamu sendiri bilang begitu. Aku merasa bersalah sama Angel. Kita udah lama ga telponan, tapi aku malah cuekin dia kayak tadi. Nanti aku sms aja dia.

Sandy bangkit sambil meminta pelayan untuk membungkus strawberry cake yang tadi dipesan Siska tapi dibayar Sandy.

"Dasar lo, cake orang diembat juga" Ejek Romi.
"Cake orang tapi tetep aja gw yang bayar. Lagian gw kan emang suka strawberry cake" Balas Sandy.
"Eh, kok lo tau Siska bakal ke sini? Malaikat maut aja ga bilang apa-apa ke gw"
"Gw nebak kalau dia masih ga bisa relain lo, dan masih ingat lo, dia pasti mau terus-terusan hidupin kenangan lo dengan pergi ke tempat-tempat yang lo sering datangin sama dia"
"Oh... bener juga. Jadi dia bakal terus ingat gw kalau dia terus-terusan ke sini. Trus? Lo mau bikin dia ga ke sini lagi supaya lupain gw?"
"Ga. Gw kan udah bilang, relain lo, beda dengan lupain lo"
"Oke. Yoroshiku onegaishimasu" Kata Romi sambil membungkuk. Sok-sok meniru orang Jepang.

Sandy berjalan pergi begitu saja meninggalkan Romi.
"Oi, San. Balas napa?" Kata Romi sambil terus membungkuk. Begitu bangkit, dia sadar Sandy sudah sampai di teras kafe.
"Sialan kau San!!!" Teriaknya. Sandy hanya tertawa.

* * *

Hape Siska malam itu berbunyi. Ada sms dari Sandy

"Sis, sori tadi udah ngomong kasar. Aku ga ada hak buat bilang gitu ke kamu"

Siska menjawabnya sejam kemudian setelah merenungkan kata-kata Sandy di kafe tadi.
"Iya, gapapa. Aku rasa kamu ada benarnya"
"Ngomong-ngomong cakemu tadi kelupaan. Buatku yah?" Balas Sandy.
"Iya :)"

Setelah itu Siska membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dia memeluk boneka beruang yang dulu diberikan Romi saat ulang tahunnya. Masih teringat jelas percakapannya dengan Romi waktu itu...

Siska dan Romi sedang jalan-jalan di mall
"Sis, kamu mau hadiah apa?" Tanya Romi.
"Mmmm.... apa yah? Aku gatau pengen hadiah apa. Sama kamu aja aku udah seneng" Jawabnya
"Ya udah, aku beliin kamu boneka beruang aja yah?"
"Ihh... kamu pikir aku anak kecil? Main boneka beruang?"
"Hahahaha, gapapa lah. Kamu merengek gitu jadi keliatan kayak anak kecil" Kata Romi mencubit hidung Siska
"Iii... dasar kamu tuh ya" Kata Siska berontak, tapi dia tertawa. Akhirnya dia mau juga dibelikan boneka beruang.

Mengingat kejadian itu, Siska membalik badannya sambil terus memeluk boneka itu. Air matanya jatuh membasahi bulu boneka itu

(Bersambung)

Gomennasaiiiiiii...... aku updetnya kelamaan yah? aku ga ada inspirasi... ini aja dapat waktu melamun pas pelajaran ***** (ngapain juga disensor). Eniwei, semoga kalian menikmati lanjutannya :)

Senin, 12 November 2012

Desainer Mimpi *Part 4*



“Apa ini?” Tanya Yume kebingungan melihat sekelilingnya. Yume dan Ren sedang berada di sebuah kota pada abad pertengahan. Di Kejauhan terlihat sebuah istana dengan 6 menara di sekelilingnya.
“Ehehe...” Ren tertawa dengan gugup sambil menggaruk kepalanya.
“Jangan katakan kalau kamu ketiduran sewaktu asik main game”
“I, iya. Aku baru donlot game baru. Keren banget. Ceritanya tuh tentang sebuah kerajaan yang...”
“Stooopp!!! Aku ga perlu tau!” Kata Yume memotong pembicaraan Ren.
“Uuuuu.... Yume jahat. Jalan-jalan yuk”
“Eh? Kamu ga mau ganti ke sekolahmu? Ga mau ngatur kejadian buat besok?”
“Ga ah. Lagi males. Lagian jarang-jarang aku bisa jalan-jalan di dunia game gini”

Mereka pun menyusuri kota itu. Penduduknya ramah-ramah. “Sudah kuduga, mimpi yang paling menyenangkan pasti tentang game” Kata Ren bersemangat. Yume duduk di bangku dekat air mancur sambil melihat Ren bermain kejar-kejaran dengan anak-anak. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan mencoba gaun-gaun, membeli jajanan, minta dilukis, dan lainnya. Tanpa terasa hari sudah gelap. Para penduduk segera menutup dan mengunci rumah mereka. Suasana langsung menjadi mencekam.

“Hei, Ren. Ada apa dengan mereka?” Tanya Yume.
“Umm... oh iya, gamenya emang gini. Tentang kerajaan yang berada di dalam kekacauan karena ulah kabut berwarna ungu yang mereka sebut Mist. Biasanya Mist datang saat matahari terbenam. Para penduduk banyak yang hilang dalam Mist. Pemeran utama game ini yaitu 6 Putri yang ingin menyelamatkan kerajaan ini. Mereka akan pergi mencari tahu asal Mist” Jelas Ren
“Hoo... Trus? Trus?” Tanya Yume.
“Hei, kok kamu jadi tertarik gini? Mau coba gamenya?”
“Enggak. Kali aja kita bisa gunain pengetahuanmu untuk tau apa yang harus dilakukan sama mimpimu yang sekarang ini.”
“Aku kan baru mulai main, jadi ga begitu tau. Lagian ga seru kan kalau kita udah tau apa yang bakal kita hadapin?” kata Ren ringan sambil tersenyum.

Langit semakin gelap. Penglihatan mereka sedikit kabur walaupun sudah ditemani lampu kota. Mereka semakin merapat. Wajah mereka khawatir, tapi sigap. Perlahan Mist mendatangi mereka.

“He, Hei Ren! Apa itu Mist nya?” Tanya Yume
“Yup. Liat aja warnanya”
“Trus apa yang harus kita lakukan?”
“Aku udah mikirin itu kok”

Ren merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mist melewati mereka begitu saja. Mist itu seperti menabrak tembok. Area di sekitar Ren dan Yume tidak bisa didekati Mist.

“Aku tinggal manipulating Mist nya aja. Kalau di game, kita bakal melawan berbagai monster dalam Mist. Tapi aku ga mau bertarung sebelum kita bertemu 6 putri itu. Kita cari mereka yuk?” Kata Ren sambil menarik tangan Yume. Mereka berlari kecil menuju istana. Selama perjalanan, Mist selalu menjauh dari mereka. Tiba-tiba mereka mendengar suara besi yang beradu di kejauhan. Mereka mempercepat langkah mereka dan melihat 6 gadis sedang melawan monster Mist yang terlihat seperti serigala dengan ukuran sebesar beruang. 3 Gadis terlihat sudah kewalahan, dan 3 lainnya masih berjuang melindungi 3 yang pertama. “Itu mereka! Kita harus menolongnya!” Kata Yume. Ren tidak perlu diberitahu. Dia langsung memunculkan 2 pedang dan menyerbu untuk menolong mereka Yume kali ini menggunakan palu dan pistol. Manipulating dilepaskan Ren karena dia sudah menemukan para putri. 4 monster sekaligus tiba-tiba menerjang dari belakang para putri. Mereka tidak menyadari monster itu karena terlalu sibuk dengan monster di depan.

Ren menangkis terjangan monster yang terdekat, dan meluncur melewati perut monster itu. Sambil meluncur, Ren menyobek secara vertikal perut monster itu dengan pedangnya. Monster itu tumbang. Ren langsung bangkit dan menyambut monster kedua. Monster itu memajukan kaki depannya untuk meraih Ren. Ren maju di antaranya dan membalik badannya lalu menopang badannya dengan tangan di tanah. Kakinya digunakan untuk menjepit kepala monster itu, lalu dengan 1 gerakan cepat dia membanting monster itu ke tanah. Monster itu langsung terbaring lemas dengan Ren berdiri dengan anggun di dekat kepalanya. Tanpa membuang waktu, Ren melompat sampai beberapa meter lalu menikam monster itu. Baju dan pedangnya dipenuhi darah monster.

Di sisi lain, dengan palunya, Yume melempar palunya ke arah monster terdekat membuat monster itu jatuh. Dengan pistolnya Yume langsung menembak 5 kali. Anehnya, pelurunya tidak langsung mengenai monster itu, tapi berhenti di udara dan membentuk sudut-sudut di pentagram. Peluru-peluru itu berputar perlahan lalu langsung melesat menuju monster. Putaran peluru-peluru itu menambah kemampuan penetrasinya sehingga dapat menembus tubuh monster hingga membuat lubang dinding rumah di belakangnya. Palu yang dilempar Yume terbang kembali ke Yume.

Yume menghadapi 1 monster lagi. Monster itu menyadari kemampuan musuhnya, sehingga dia menantang Yume seperti sedang memperhitungkan tindakan berikut. Lalu, Monster itu berlari ke arah Yume dalam jalur yang aneh. Kiri, kemudian kanan, lalu jauh ke arah kiri, sehingga sulit untuk dibaca. Yume memukul tanah sekuat tenaga membuat gelombang yang menyebar seperti riak air. Monster itu terjatuh karena tanah yang tidak stabil. Yume kembali melempar palunya. Palu itu menghantam monster itu, tidak Cuma sekali, tapi berkali-kali. Palu itu memantul setelah mengenai monster itu, lalu kembali meluncur ke monster itu berkali-kali sampai monster itu tidak berdaya. Palu itu kemudian kembali ke Yume. Yume melempar palunya ke atas dan palu itu turun dengan gerakan memutar secepat bor listrik menembus monster. Monster itu mengeluarkan teriakan kesakitan lalu berhenti bergerak.

“Wow... Yume, palu apa itu?” Tanya Ren kagum
“Ini? Ini Cuma palu biasa kok” Jawab Yume
“Masa? Kok dia seperti punya pikiran sendiri? Gerak-gerak bebas gitu. Trus pistolnya juga aneh” Kata Ren tidak yakin dengan jawaban Yume.
“Hahahaha, ini salah satu teknik Creating. Kamu bisa kendaliin benda hasil Creating semau kamu. Makanya palu ini bisa gerak-gerak kayak tadi. Tadi juga aku yang kendaliin peluru pistol itu” Jelas Yume.
“Keren... . Aku bisa coba ga?” Tanya Ren bersemangat. Yume mengangguk.

Ren kemudian perlahan melepaskan kedua pedangnya. Pedang itu melayang di udara, lalu saling mendekatkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti pisau pemotong di blender. “Ahahahaha, aku ga pernah tau kalau Creating bisa sekeren dan sepraktis ini” Kata Ren senang. “Udah cukup senang-senangnya. Kita tolongin mereka dulu.” Kata Yume sambil menunjuk para putri yang dari tadi terkejut melihat aksi mereka salmbil terus bertahan melawan Mist. “Eh, biarin aku aja. Aku pengen cobain itu” Kata Ren.

Ren langsung memunculkan 6 pedang sekaligus. Pedang-pedang itu berputar mengelilingi Ren dengan ujungnya menghadap ke bawah. “Kalian istirahat aja. Biar aku yang urusin mereka.” Kata Ren pada para putri. Mereka mengangguk dan perlahan mundur menuruti Ren. Pedang-pedang Ren sudah berhenti berputar dan melayang dengan ujungnya kali ini menghadap ke depan. Seekor monster maju menyerbu Ren. Pedang-pedang Ren langsung maju. Gerakannya sangat cepat sehingga bahkan Yume pun sulit melihat apa yang dilakukan pedang-pedang itu. saat berikutnya, monster itu berhenti di udara dan meledak menjadi serpihan dadu. “Yayy!!! Gimana Yume? Potonganku rapi kan?” Tanya Ren sambil tersenyum. 5 pedang Ren berpisah dan masing-masing menghadapi 1 monster. Ren mengambil 1 pedang yang tidak ikut menyerbu dan mendatangi satu monster yang tidak dihadapi pedangnya.

“Tidak mungkin. Dia bisa mengendalikan semuanya secara terpisah seperti itu? Apalagi dia baru pertama kali melakukan Control” Gumam Yume. Wajahnya terlihat jelas menyiratkan rasa terkejutnya. Ren menantang monster di depannya, terlihat berkonstentrasi. Keenam monster itu sendiri terpaku di tempatnya. Mereka seperti menyadari kalau musuh mereka kali ini berbahaya. Ren berlari menyerang monster di depannya. Pedang-pedang Ren pun langsung ikut bergerak menyerang lawan mereka. Ren melakukan tebasan vertikal, tapi meleset karena monsternya bergerak ke samping. Monster itu menaikkan salah satu cakarnya. Ren yang seperti sudah mengantisipasi hal tersebut melompat sambil berpijak di cakar yang bergerak kearahnya. Ren langsung menendang monster itu di muka, membuat monster itu terlempar kearah Yume. Yume mengambil ancang-ancang untuk lanjut menyerang monster itu, tapi anehnya monster itu tiba-tiba melayang ke atas. Di bawah perutnya Yume melihat kilatan cahaya bulan yang dipantulkan pedang Ren. Ternyata setelah menendangnya, Ren langsung melempar pedangnya. Pedang itu terbang dengan membawa monster itu, lalu turun secepat peluru. Hantaman monster itu membuat tanah serasa bergetar. Pedang di perut monster itu tercabut dan melayang perlahan ke arah Ren.

Di sisi lain, pedang-pedang Ren berhasil membuat kewalahan para monster. Mereka terlihat enggan untuk melanjutkan pertarungan. Sebuah pedang bergerak dengan cepat menghantam monster musuhnya. Pedang itu begitu cepat sampai-sampai monster itu tidak punya waktu menghindar dan diapun melayang ke arah Ren. Dengan pedang yang dipegang dengan mantap, Ren menyambut monster itu dengan tebasan dari bawah, membuat monster itu melayang ke atas sangat tinggi. “1” Pikir Ren. Pedang berikut kemudian menggabungkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti percobaan pertama Ren tadi, dan terbang menuju monster terdekat tapi meleset karena dia melompat. 2 pedang yang berputar itu mengarah ke Ren. Dengan pedangnya, Ren memukul balik pedang itu. Impact dari pukulan Ren membuat pedang itu memantul kembali lebih cepat lagi dan mengenai monster yang tadi melompat. “2” Pikirnya.

3 monster yang lain memutuskan untuk menyerang Ren. Ren menghindari terjangan monster pertama yang mencapainya dengan lompatan salto dan langsung menendang kepala monster itu sampai menghantam tanah. Tidak berhenti di situ, Ren langsung melompat lagi menuju ke monster pertama yang masih melayang karena tebasannya membuatnya melayang sangat tinggi. Ren membelokkan badannya dan menendang monster itu ke tanah sekuat tenaga. Monster itu menghantam monster yang tadi terkena tendangan salto Ren. Satu pedangnya melayang ke Ren yang langsung dia lempar menusuk perut kedua monster itu. Tidak cukup sampai situ Ren menjatuhkan lututnya tepat di leher kedua monster itu. “3” Pikir Ren.

2 monster lain sudah berada di kiri dan kanan Ren dan tanpa menunggu lebih lama, mereka sama-sama maju menerjang. Yang satu mengarah ke kepala Ren, dan satunya ke kaki. Ren dengan anggun melepas pedangnya dan memiringkan badannya. Kakinya tidak lagi berada di tanah untuk menghindari penyerang kakinya. Ren melayang diantara 2 monster itu, lalu tangannya memegang leher keduanya dan dia memutar badannya. Yang tadi berada di atas dan mengincar kepalanya dibanting ke tanah, dan yang mengincar kakinya di buang ke atas. Dia langsung mengambil kembali pedangnya yang bahkan belum menyentuh tanah sejak dia lepaskan tadi dan menyambut monster yang jatuh ke arahnya dengan tebasan vertikal. Monster itu terbelah 2 sambil kakinya mematahkan leher monster di bawahnya, dan sebagai penutup, pedangnya ditancapkan di kepala monster yang lehernya sudah di patahkan. “Nah, dengan begitu jadi 5” Kata Ren sambil tersenyum.

Yume melongo. Ren terlalu luar biasa untuk disebut sebagai Dreamer pemula. Dia melakukan semuanya seolah-olah ini hal yang biasa untuknya.

“Oi... Ren... jangan terlalu sadis begitu” Kata Yume
“Ehehe, sori... aku kebawa suasana. Abisnya kapan lagi punya kesempatan bisa niru anime gini? Aku jadi ngerasa keren!” Kata Ren.
“Oh ya, aku liat kamu sering banget pake pedang. Senjata favoritmu ya?”
“Enggak. Aku sebenarnya ga suka senjata yang bisa ngelukain orang. Tapi mereka kan bukan orang. Aku pilih pedang karena lebih efisien aja”
“Oh... aku serem ngebayangin kalau ternyata kamu psikopat yang suka liat darah”
“Uh... cewek seimut aku ga cocok dengan imej seperti itu” Kata Ren cemberut.

Ke 6 putri yang sudah diselamatkan mereka menatap mereka dengan kagum

Minggu, 04 November 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Angel*

"Hai San. Apa kabar?" Kata Angel di seberang telpon.
"Baik kok. Ya ampun... rasanya udah lama ga denger suara kamu. Jadinya sepi... mulu"
"Hahaha, gombal. Aku kebetulan pake kartu yang ngasih layanan paket murah buat nelpon ke luar negeri"
"Kan kita bisa YMan aja"
"Alah, paling modemmu sekarang udah habis quota jadi ga bisa ngenet"
"eee.... Iya sih. Jadi, gimana Oz? Seru?"
"Lumayan. Tapi di sini rada mahal"
"Jadi pengen ke sana"
"Jangan deh, di situ aja kamu udah kewalahan"
"Huu... dasar"
"Jadi gimana? Udah... dapat... penggantiku belum?" Tanya Angel perlahan
"Uh... sejak kamu pergi aku masih suka galau. Susah move on"
"Jiah... jangan gitu dong say"
"Apalagi kalau kamu udah ngomong gitu"
"Hihi, maaf deh"
"Kamu sendiri? Pasti udah ya? Pasti banyak bule yang pengen deketin kamu"
"Ya iyalah"
"Uh..."
"Kenapa? Kamu cemburu?"
"Eh, enggak kok. Kita kan dah ga ada hubungan apa-apa"
"Begitu..." Suara Angel mengecil
"..."
"Ya udah deh San, kapan-kapan kita ngobrol lagi yah? Kamu buruan cari penggantiku. Biar ada yang jagain kamu"
"Iya, aku usahakan. Ga usah khawatir. Pelan-pelan perasaanku udah mengarah ke status kita berteman kok"
"Baguslah. Dah..."

"Maaf Angel, aku bohong. Aku sampai sekarang ga bisa hilangin perasaanku. Bukannya ga bisa, tapi lebih tepatnya aku ga mau. Perasaanku ga mungkin hilang begitu saja. Udah banyak banget suka duka yang aku lewatin denganmu. Hatiku rasanya udah klop sama kamu. Entah apa aku bisa mencari yang lain atau enggak. Ga. Aku ga mau cari yang lain" Pikir Sandy

Sandy tau kalau Romi bisa membaca pikirannya, tapi Romi diam tidak berkomentar. Mungkin dia bersimpati dengan Sandy. Dalam hati Romi dia sendiri merasa sedikit bersalah, karena dia seperti sudah memaksa Sandy untuk memacari Siska dan melepaskan Angel.

* * *

Sementara itu...

"Maafkan aku Sandy, aku sengaja berlagak kuat. Aku ga ingin kamu khawatir sama aku. Aku sudah pasti ga akan bisa nyari penggantimu. Maaf aku egois karena mutusin kamu dengan alasan kekanakan seperti ini. Aku ga bisa berpikir saking shocknya waktu orang tuaku bilang kalau kita bakal pindah ke sini, dan malah mutusin kamu. Aku udah gatau harus gimana kalau udah gini Sandy... tolong aku. Apa aku harus minta balikan? Tidak. Aku tidak mau ngerepotin kamu yang harus nungguin aku kembali dari Australi. Uhh... Sandy..." Pikir Angel. Air matanya bergulir dengan lembut di pipinya. Dia terisak di lantai dengan kepala bersandar di tempat tidurnya.

(Bersambung)

Sori kalau agak lama updetnya yah? Belakangan aku keasikan main game dan ga ada ide yang muncul :P. Semoga yang kali ini cukup memuaskan kalian :). Oh ya, Desainer Mimpi juga bakalan lama kayaknya. Karena... ternyata susah juga bikin cerita fantasi. Aku jadi makin salut sama penulis manga -_-
Eniwei, mohon do'anya semoga aku bisa terus lanjutin RIP dan Desainer Mimpi :)

Kamis, 01 November 2012

UTS

Aku dah memasuki masa UTS dari senin lalu, dan baru kepikiran untuk cerita sekarang *doh* -_-

Jadi, apa yang mau kuceritain sekarang? Mungkin kesan pertama mengikuti ujian di masa kuliah. Kesannya, waw banget. Hahaha, aku agak ga terbiasa juga :P. Ujiannya rata-rata bolehin buka buku xD. Tapi, sayangnya, buku apapun yang dibuka, belum tentu bisa ngebantu kita ngerjain soalnya. Ambil contoh, waktu "Pengantar Bisnis". Soalnya bilang kita open source, jadi boleh buka buku, laptop, internet, pokoknya segala cara dihalalkan. Yah, kebanyakan sih minta pendapat kita, dan buku hanya pedoman. Aku dengan paniknya langsung sms Shiina dan Mizuumi buat minta petunjuk.

Dengan minimnya catatan, aku jadi harus lebih merhatiin penjelasan dosen. Okesip! Wish me luck guys. Sekali-sekali ngeposting yang bukan cerpen gapapa kan? :)

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 6*

"San, lo serius mau bantuin gw kan?" Tanya Romi ragu-ragu.
"Iyalah. Ogah gw diikutin lo terus dari belakang. Apa-apa ga bebas" Sandy.
"Lo jangan ngomong gitu lah, gw ngerasa jadi beban"
"Sori kalau kasar, tapi emang gitu. Gw mau mandi, mikir elo. Mau tidur, mikir elo."
"Lo kayak lagi kasmaran sama gw"
"Setan"
"Emang. Week... . Eh, kalau lo mau bantuin gw, kok lo gituin Siska sih?"
"Gituin gimana?"
"Ngomong to the poin gitu. Kan kasian dia. Bisa-bisa dia jadi ilfil sama lo"
"Jangan sok tau. Gw tau apa yang gw lakuin"

Setelah berkata begitu Sandy pergi ke sebuah cafe. Di sana dia duduk memesan cake coklat dan jus wortel.

"Ngapain lo kesini? Ini kan cafe favorit gw dan Siska" Tanya Romi keheranan.
"Gw emang nungguin dia kok"
"Eh? Emang lo udah janjian ke sini?"
"Enggak. Gw tau aja dia bakal datang"

Selesai berkata begitu, dari pintu masuk muncul Siska.

"Bener kan gw bilang?"

Siska memanggil pelayan. Selesai mencatat, pelayan itu pergi mengantarkan order ke dapur. Siska duduk menunggu sambil melihat sekeliling dan tatapannya jatuh pada Sandy yang sekarang menukmati jus wortelnya. Siska sedikit terkejut. Dia tidak pernah melihat Sandy datang ke sini sebelumnya. Siska teringat percakapan mereka kemarin di kantin kampus tentang Romi. Sedikit ragu-ragu, Siska beranjak menghampiri Sandy.

"Hai San. Boleh duduk di sini?"
"Um" Kata Sandy tanpa menatap Siska. Masih asik dengan jus wortelnya.
"Aku baru pertama liat kamu ke sini. Atau kamu emang sering kesini tapi kita jarang berpapasan"
"Enggak. Aku emang baru pertama ke sini. Ada temanku yang bilang kalau cakenya enak"
"Iya. Aku juga suka di sini. Tempatnya sejuk. Cakenya juga emang enak"
" . . . "
"San?"
"Kamu mau ngomong apa?"
"Eh?"
"Ga usah muter-muter. Ada perlu apa sama aku?"
"Eh... itu... tentang kemarin. Aku mau minta maaf"
"Ngapain minta maaf? Kamu ga ada salah kok"
"Gi gimana yah? Aku kaget kamu tiba-tiba ngomong gitu"
"Oh..."
"Yang kamu bilang kemarin itu serius?"
"Apa aku keliatannya becanda? Kalau itu cuma bercanda, aku udah keterlaluan."
" . . . "
"Kamu masih ga bisa relain dia?"
"I, Iya..."
"Gitu? Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Yaudah kamu habisin aja waktumu dengan sia-sia nyesalin kepergian dia"
"Sia-sia? Ini karena aku cinta sama dia!"
"Oh, trus apa yang kamu harapin dengan terus nyesalin dia begini? Kamu nangis-nangis, atau apapun ga akan balikin dia"
"Dia memang ga bakal balik lagi, tapi setidaknya dia bakal hidup dalam ingatanku"
"Kamu tetap ingat dia beda dengan kamu ga relain kepergian dia."

Kalimat terakhir Sandy membuat Siska terdiam. Perlahan air mata mulai membasahi pipinya. Dia menggeleng-geleng dengan kuat seakan tidak ingin menerima kenyataan yang diutarakan Sandy. Sambil menangis dia pergi dari cafe itu.

"Siska!" Romi memanggilnya, tapi sia-sia. Siska tidak akan bisa mendengar suara Romi lagi. Itu sudah pasti.
"Sori Rom. Tapi kalau gw ga kayak gini, bakalan susah untuk Siska relain lo dan membuka hatinya untuk orang lain"
"Oke, gw ngerti. Gw udah serahin nasib gw ke elo, jadi gw harus ikutin semua cara lo"
"Thanks" Sandy tersenyum. Dalam hati dia sedikit kasian sama Siska.
"Gw senang lo peduli sama dia dan gw gini."
"Hah?"
"Gw kan bisa baca suara hati lo"
"Huh, curang"
"Ngomong-ngomong..."
"Ngomong-ngomong kenapa?" Tanya Sandy, tapi Romi cuma berkedip
"Nanti juga lo tau. Gw punya 2 info. Yang satu dari gw, dan satu lagi dari malaikat maut"
"Yang dari malaikat maut dulu deh. Info lo gw ragu kebenarannya"
"Sialan. Oke, bentar lagi Angel nelpon"
"Hah? Cumpah? Ciyus? Miapah?" Kata Sandy membuat Romi memandangnya dengan tatapan 'Oh-My-God'
"Yang dari gw.... tuh" Dia menunjuk pelayan yang datang membawa cheese cake dan jus jeruk.

Pelayan itu sebentar mencari-cari, lalu mendatangi Sandy

"Mas, mas temannya cewek yang tadi ya?"
"Iya"
"Temannya mas ke mana? Ini pesanannya"
"Wah, kayaknya udah pulang mba"
"Kalau gitu mas harus bayar punya mba tadi juga"
"Hah?!"

Dengan berat hati Sandy mengeluarkan 1 lembar 50ribuan terakhir di dompetnya. Di sampingnya Romi tertawa dengan senang hati. Setelah memberi tatapan 'Kucekek-kau-nanti', handphone Sandy berbunyi. Telpon dari nomor yang sama sekali asing bagi Sandy. Kelihatannya ini nomor luar negeri. Mungkinkah?

"Ha, ha, halo?" Kata Sandy dengan gemetar saking bersemangatnya.
"Halo San, ini aku" Kata suara di seberang telpon
"Angel?!"

(bersambung)

Next, aku mau bagi cerpen ini dalam 2 rute. Rute Angel, dan rute Siska. Ini gara-gara aku lagi getolnya dengan Visual Novel :D. Maksudnya dengan rute itu artinya jalur ceritanya. 2 Rute ini *hopefully* mempunyai ending yang berbeda satu dengan yang lain. Menurutku sih ga ada salahnya kucoba. Jadi memberi variasi ke pembaca :)

Untuk bedain Rutenya, judulnya bakal jadi "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Angel*", dan "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Siska*". Wish me luck guys :)