Senin, 07 November 2011

Cinderella Versi Indra

Siapa yang tidak tahu kisah Cinderella yang dimulai dengan kehidupannya yang sebagai pembantu dan Ibu tiri yang jahat sebagai majikannya? Di saat seorang pembawa pesan dari istana datang itulah titik balik dari kehidupannya yang mengerikan. Di saat dirinya meratapi nasibnya yang tidak bisa pergi ke pesta dansa itu, tiba-tiba muncullah seorang Ibu peri yang memberinya kereta kencana, gaun, dan sepatu kaca sehingga dia bisa pergi ke pesta dansa di istana dan menikahi pangeran. Kisah hidup Cinderella selanjutnya tidak pernah kita ketahui, karena yang kita tahu hanyalah mereka hidup bahagia selamanya...
Cindy, seorang gadis 19 tahun yang berkuliah di sebuah Universitas ternama di jurusan hukum, dan tinggal menyendiri. Kesehariannya biasa saja, kuliah, mengurusi diri, mengerjakan tugas, seperti mahasiswa kebanyakan. Suatu hari, orang tuanya mengontrak sebuah rumah kecil kosong sederhana untuknya yang lebih dekat dengan kampusnya. "Yah, ga jauh beda sama ngekos lah. Kebetulan rumah Retha deket, dan teman-teman ada yang ngekos di sekitar sini, jadi ga terlalu sepi-sepi amat." Pikirnya.
Cindy pun memindahkan barang-barang dari kosnya ke rumah itu. Satu-persatu mulai dari lemari, meja belajar, meja rias, tempat tidur, TV, kulkas, dan sebagainya di turunkan dari mobil pindahan yang di sewa orang tuanya dan mulai di tempatkan di rumah tersebut. Ketika sedang bersih-bersih gudang, Cindy tanpa sengaja menemukan kotak sepatu dari kayu jati berukir rumit indah. Isinya adalah sepatu kaca.
Cindy terpesona. Baru pertama kali dia melihat sepatu seindah itu "Ini beneran kaca? Kayak punya Cinderella deh. Bagus banget. Gimana cara buatnya ya?". Cindy mencoba sepatu itu, dan langsung saja matanya kabur, dan dia merasa pusing. Dia pingsan...

* * *

"Cinderella!!!! Di mana kamu??? Cepat kemari!!!" Terdengar suara nyaring dari jauh membuat Cindy terbangun. "Disini kamu rupanya Cinderella. Dicariin dari tadi ga ketemu-ketemu. Ngapain kamu?" Tanya seorang gadis bermuka masam di hadapan Cindy. Cindy bingung "Cinderella? Namaku Cindy, tapi ga ada 'rella'-nya. Nih cewek siapa lagi baru datang langsung marah-marah?" pikirnya.

"Eh....... siapa kamu? Ngapain di rumahku? Masuk tanpa ijin lagi." kata Cindy.
"Halow... aku kakak kamu. Cepat ikut! Cuci bajuku!" katanya gadis itu.
"Kakak? Aku ga punya kakak!"
"Jangan pura-pura ga tau. Aku memang bukan kakak kandungmu. Aku kakak tirimu! Aku juga ogah jadiin kamu saudari kandung. Ayo cepat cuci baju! Mau kulaporin mama?" Ancamnya sambil menarik Cindy.

Cindy baru memperhatikan kalau dia sekarang tidak berada di rumah yang baru saja dia tempati. Dia berada di sebuah rumah bergaya klasik tua seperti di film-film bersetting jaman dulu. Dunia di luar juga sudah berubah seperti sebuah kerajaan. "Kenapa aku bisa ada di sini? Kan tadi aku masih di gudang? Kenapa juga dia manggil aku Cinderella? Bajuku juga jadi kotor gini." Cindy kebingungan. Dia mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
"Sepatu itu!! Saat pertama mencobanya tadi aku pingsan. Apa itu betul-betul sepatu ajaib dan membawaku ke dunia Cinderella? Kalau benar, berarti aku udah jadi Cinderella! Aduh apa yang harus kulakukan sekarang?" setengah panik, dia berpikir mencari cara kembali ke dunianya. Yang dia ketahui saat ini adalah sepatu itu telah membawanya ke dunia Cinderella, bahkan telah menjadikannya Cinderella! Begitu dia kembali ke kamar tadi untuk mencari sepatu itu, sepatu itu telah hilang.

"Selesai mencuci kamu pergi belanja. Beliin lauk buat makan malam, trus masak. Nih uangnya! Awas kalau kamu korupsi" kata kakak tirinya.
"Iya kak. Nanti kumasakin spageti, dan capcay"
"Terserah! Yang penting malam nanti harus ada makanan!"

Selesai mencuci dia pun pergi ke pasar, dengan menanyakan jalan pada orang-orang tentunya. Untungnya dia udah terbiasa dengan pekerjaan rumah karena pernah ngekos, jadi dia tidak begitu asing dengan pekerjaan mencuci, atau berbelanja. Tapi ada satu masalah: mata uangnya bukan rupiah. "Mau beli sesuatu nona?" tanya penjual sayuran. "Eh, tidak pak. Nanti saja." Cindy masih perlu mempelajari nilai-nilai mata uang tersebut.
"Ada masalah? Kamu keliatan kebingungan." Tanya seseorang di sampingnya membuat Cindy menoleh. Seorang pria bertubuh tegap, tinggi, dan tampan berdiri di depannya. Dia terlihat seperti pria dari keluarga terhormat.

"Eh, tidak apa-apa kok." Jawab Cindy.
"Aku belum pernah melihatmu. Apa kamu baru pertama ke sini?"
"Begitulah. Aku mau beli sayuran untuk makan malam nanti"
"Sini kubantuin. Berapa banyak yang mau dibeli?"

Pria itu dengan sopan membantu Cindy memenuhi daftar belanjaannya. Setelah itu Cindy pun pamit pada pria yang telah membantunya berbelanja itu. "Tunggu! Siapa namamu tadi?" tanyanya dari jauh. "Aku ga pernah bilang!" balas Cindy. Dia tidak berniat memberitahukan namanya pada siapapun dengan kehidupannya sebagai Cinderella.

* * *

Sudah sekitar 2 minggu Cindy menjadi Cinderella. Dia masih belum mendapat petunjuk cara kembali ke dunianya sehingga dia memutuskan untuk sementara meneruskan cerita Cinderella ini. Cindy cukup terbiasa dengan kehidupannya sebagai Cinderella walaupun sedikit terganggu dengan kakak tirinya yang bersuara cempreng, belum lagi ibu tirinya yang suka membangga-banggakan anaknya pada teman-teman arisannya. "Apa bagusnya dia? Dari pertama aku liat dia ga ada bagusnya deh. Adik kakak sama aja" Komentarnya dalam hati sambil membawakan minuman untuk teman arisan ibunya. Yup. Anak tertua dari ibu tirinya baru saja pulang liburan dari kerajaan sebelah, dan dia tidak lebih baik dari adiknya.
Setiap hari Cindy hanya mencuci baju, piring, membersihkan debu perabotan, dan menyapu rumah. Terkadang ditambah dengan perintah-perintah bernada sok berkuasa dari kakak tirinya ataupun ibunya. Pernah sekali Cindy mengerjai mereka dengan cara tidak memasak makan malam. Dia cukup berani melakukannya karena kakaknya memang lupa memberi Cindy uang belanja dan menyuruhnya sehingga dia tidak akan dimarahi. Untungnya dia sudah mempersiapkan diri dengan menyimpan beberapa apel di kamar untuk makan malam.
Siang itu saat Cindy sedang duduk-duduk bermain dengan kucingnya, datanglah seorang pembawa pesan dari istana. Pangeran mengadakan pesta dansa untuk mencari calon istri. "Ya, aku tau ceritanya. Malamnya Cinderella bertemu ibu peri dan pergi ke pesta dansa. Tapi apa benar malam nanti aku bertemu peri? Apa benar-benar ada yang namanya peri? Liat aja nanti deh." Pikirnya.

"Cinderella! Sini kamu." Panggil ibu tiri.
"Iya bu."
"Malam nanti akan ada pesta dansa di istana"
"Iya, aku tau. Aku ga boleh pergi dan harus menjaga rumah. Ga usah capek-capek ngomong bu."
"Darimana tau?" tanya kakak tertua.
"Nebak aja. Lagian aku ga punya baju bagus untuk pergi ke pesta. Baju buat santai aja kayak gini"
"Bagus deh kalau kamu udah tau." Kata ibu mengakhiri percakapan mereka.

* * *

Malam tiba. Kakak-kakak dan ibunya sudah pergi ke pesta dansa. Cindy menunggu kedatangan ibu peri, sampai tiba-tiba...

"Pssstt.... Cinderella! Kemari!" panggil seseorang dari halaman.
"Hei, siapa disitu?" Tanya Cindy waswas.
"Jangan berisik. Kalau kamu mau ke pesta dansa ayo keluar."

Cindy akhirnya pergi ke halaman.

"Aku notaris ayahmu. Ayahmu meninggalkan gaun pesta dan sepatu kaca ini buat kamu. Dia mau aku memberikannya padamu kalau ada pesta di istana. Ayo cepat, kereta kudamu sudah di depan tuh." Kata orang itu. "Itu dia! Sepatu yang telah membawaku kemari. Tapi kok yang ngasih bukan peri? Udah deh, yang penting bisa ke pesta dansa. Aku harus menyelesaikan cerita Cinderella ini." Pikir Cindy.
Cindy akhirnya berangkat ke pesta dansa itu. Begitu dia masuk, orang-orang menoleh padanya dan berbisik-bisik. Entah karena kedatangannya yang terlambat dan mencolok, atau karena kecantikannya. "Wah, kalau di duniaku mana bisa aku diliatin orang-orang kayak gini? Kalau lagi bertingkah kayak orang gila sih mungkin aja bisa." Pikirnya. Dia melihat pangeran yang sedang duduk di samping raja dan terkejut. Ternyata pangeran adalah pria yang pernah membantunya berbelanja waktu itu!
Pangeran menghampiri dirinya...

"Kamu..." Mereka berkata bersamaan.
"Aku kaget kita bisa ketemuan di sini." Kata pangeran.
"Aku juga. Kenapa ga bilang kalau kamu tuh pangeran?" tanya Cindy.
"Yah, kan kamu duluan yang ga mau kasih tau siapa kamu waktu itu?"
"Cukup adil." Cindy tersenyum.
"Mau dansa?"
"Aku ga tau caranya..."
"Sini kuajarin."

Mereka berdua berdansa sepanjang malam. Diam-diam Cindy akhirnya naksir juga kepada pangeran. "Tapi apa aku bisa bertemu kamu kalau aku sudah kembali ke dunia nyata?" pikirnya merana. TENGG..... TENGG..... jam berdentang, tanda jam 12. Cindy panik ketika dia melihat Ibu dan kakak-kakak tirinya meninggalkan pintu istana. Dia bisa mendapat masalah kalau ketahuan meninggalkan rumahnya.

"Maaf, aku harus segera pulang!" Kata Cindy sambil berlari.
"Tunggu! Ya ampun, kenapa aku bisa lupa nanyain namanya lagi???"

Sepatu Cindy terlepas sebelah. Walaupun sudah tau akan seperti itu, tapi mau tidak mau Cindy heran. "Kok bisa lepas ya? Kan tadi sepatunya pas banget? Udah ah, emang ceritanya kayak gitu kan?" Pikirnya. Pangeran mengambil sepatu Cindy yang ketinggalan. "Aku akan menemukanmu lagi. Penjaga!"
Keesokan harinya, pangeran dan pengawalnya datang ke rumah Cindy. Untuk mencari Cindy, pangeran mencari orang yang ukuran kakinya pas dengan sepatu kaca itu. "Tidak jauh beda dengan dongeng sebenarnya lah. Akhirnya ceritanya selesai juga. Aku udah mulai khawatir dengan absenku. Berapa jauh aku ketinggalan materi ya?" pikir Cindy. Ya, dia memang anak yang rajin. Cindy mencoba sepatu itu yang tentu saja pas di kakinya.
Pangeran akhirnya melamar Cindy, dan mereka menikah di Istana dihadiri orang-orang di seluruh kerajaan. Pesta pernikahan berlangsung meriah. Tidak begitu aneh, karena ini pernikahan seorang pangeran. "Aku bisa nyaingin pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton nih. Haha, pengalaman sekali seumur hidup!" pikir Cindy.
Selesai pesta, Cindy diantar ke kamarnya untuk beristirahat. Cindy berniat untuk melihat-lihat kamarnya dulu sebelum tidur. Saat itulah dia menemukan sebuah kotak sepatu dari kayu jati berukir rumit indah seperti yang dia temukan di gudang rumahnya. "Ini kotak sepatu yang waktu itu! Kenapa ada di sini? Apa sepatu kacanya harus kusimpan di sini?" Pikir Cindy. Cindy mengambil sepatunya dan menyimpannya dalam kotak itu. Langsung saja matanya menjadi kabur, dan dia merasa pusing. Dia pingsan, seperti ketika dia pertama kali ke dunia Cinderella.

"Cin. Cin! Ayo bangun! Kenapa tidur di sini?" seseorang membangunkan Cindy.
"Hah? Ret? Ngapain kamu di sini?" Kata Cindy. Dia adalah Retha, sahabat Cindy.
"Lah? Aku baru aja baca sms kamu. Kan kamu minta aku bantu beresin rumah kamu yang baru?"
"Oh iya, sori, aku kayaknya kecapekan."
"Capek sih capek, tapi jangan gudang yang dijadiin tempat tidur. Eh, sepatumu keren banget! Beli dimana?"
"Oh, ini? Ga sengaja ketemu di gudang."

Cindy melirik kotak sepatu itu, dan sepatu kaca yang sedang dipakainya. Kenang-kenangan setelah menjadi Cinderella tetap ada untuknya. Ting tong, bel depan berbunyi. Cindy dan Retha segera ke ruang tamu.

"Hai, kamu yang baru pindahan kan? Ini ada kue untuk perkenalan. Aku tinggal di rumah sebelah rumah kamu." Kata seorang pria bertubuh tegap, tinggi, dan tampan di depannya.
"Woi Cin, kenapa melamun? Diterima dong... . Ini Indy. Tetanggaku juga." Kata Retha.
"Oh, iya... makasih ya? Kenalin, aku Cindy"
"Indy..." balasnya

Cindy menerima kue black forest dari Indy dan mempersilahkan dia masuk. Mereka akhirnya menghabiskan waktu sore itu dengan mengobrol sampai Indy pamit pulang. "Dah In. makasih buat kuenya." Kata Cindy. "Kuenya buatku juga ya?" Tanya Retha. "Sering-sering main ke rumah ya In?" tambah Cindy. Indy mengangguk sambil melambai. Dalam hati Cindy berkata "Pangeran..."

7 komentar: