Kamis, 10 November 2011

Mendengarkan Itu Baik...

“Von, Lo mau ga jadi pacarku?” Tanya Doni.
“Hah? Serius?” Voni terkejut.
“Iya. Untuk apa gw kirim-kirim cerpen, coklat, bunga, dan sebagainya ke lo?”
“Jadi, lo kasih gw yang begituan karena ada maunya? Ih...”
“Ga gitu juga sih, gw ga tau aja caranya ngungkapin perasaan gw”
“Ya tinggal bilang aja ‘Von, gw suka ama lo’. Gampang kan?”
“Ye, ngomong sih gampang. Gw selalu gugup kalau ketemu lo”
“Yo weis. Beri gw waktu, nanti baru gw jawab”

Tuut... tuut... tuut... . Voni mematikan telpon dari Doni, “Gila tuh cowok. Dia pikir aku cewek apaan? Dikasih coklat langsung leleh sama dia” Pikirnya sambil ngelirik Dila adiknya yang sedang asik menghabiskan coklat pemberian Doni. Ga takut rugi ya tu cowok? Mending coklatnya dimakan sendiri kan? Ya jelas aja ga rugi, yang dikasih cuma coklat murahan yang bisa dibeli seharga 2000 di kios-kios terdekat!
Keesokan harinya Doni mengejar-ngejar Voni. “Von, gimana? Apa jawaban lo?” Tanya Doni. Voni tidak menghiraukannya.

“Von! Lo denger ga?” Doni berdiri menghalangi Voni.
“Ih... apa sih?”
“Jawaban lo?”
“Jawaban apa?”
“Telpon kemarin”
“Yang mana?”
“Lo mau jadi pacar gw ga?”
“Oh, yang itu? Kan gw udah bilang kalau gw pikirin dulu”
“Trus? Udah dipikirin?”
“Belum”
“Kapan lo mikirnya?”
“Ah!!! Tauk ah!! Minggir, minggir!”

Voni berlari kembali ke kelasnya “Kenapa Von?” Tanya Silvi kaget ngeliatin Voni keringetan. “Doni” Jawabnya singkat. Bzzz.... HP Voni bergetar. Di layarnya tertera: Doni memanggil... . Reject

* * *

Udah lama Doni ngejar-ngejar Voni, tapi Voni sama sekali ga tertarik sama dia. Hanya 1 cowok yang ditaksir Voni, Rio. Voni terlalu gengsi untuk memulai lebih dulu sehingga dia sulit mendapatkan Rio. Sampai suatu hari sekolah mengadakan sebuah pentas seni. Karena sama-sama terlibat dalam OSIS, Voni dan Rio ikut menjadi panitia. Dari sinilah Voni mulai mendekati Rio. Dimulai dengan tukar-menukar nomor HP dengan alasan keperluan OSIS Voni akhirnya berhasil menarik perhatian Rio. Di akhir acara pentas seni itu Rio memintanya untuk menjadi pacarnya.
Hubungan mereka udah berjalan 1 bulan. Saat Voni datang ke rumah Rio untuk mengajaknya makan di luar, Rio sedang bersama teman-temannya. Btw, kok cewek yang ngajak sih? Ga jelas lo Ndra

“Hebat banget lo Ri, bisa dapatin Voni” Puji Alex
“Iya, hebat untuk dia, sial buat gw. Hilang dah mobil gw” Kata Dewa
“Udah, ga usah lama-lama. Mana kunci mobil lo? Gw udah menang kan? Udah bisa jalan sebulan dengan Voni” Tagih Rio
“Iya, iya. Nih. Curang lo. Kalau gw tau si Voni juga naksir lo, ga bakal gw tantang” Katanya sambil menyerahkan kunci mobilnya.

Voni yang melihat hal itu merasa hatinya hancur. Jadi selama ini dia Cuma dijadiin barang taruhan? Dia berjalan ke hadapan Rio. “Voni? Kenapa lo di sini?” Rio kaget. Tanpa menjawab, Voni langsung menamparnya keras-keras lalu berlari keluar. Rio mengejarnya

“Von, sori gw ga jujur dari awal sama kamu” Kata Rio
“...”
“Von, dengerin dulu penjelasan gw...”
Voni memberikan tatapan “Buruan ngomong atau gw gampar lagi”
“Aku memang jadiin kamu taruhan...”
“Kalau gitu udah ga ada yang perlu dijelasin lagi”
“Tapi...”

Terlambat. Voni sudah lebih dulu naik taksi dengan berurai air mata.

* * *

Voni langsung mengunci diri begitu dia tiba di kamarnya. Dia meminta Silvi untuk datang menemaninya.

“Rasanya sakit bamget Vi, udah lama gw naksir dia. Giliran udah jadian eh ternyata cuma buat taruhan.” Kata Voni sambil terisak.
“Duh... trus gimana dong? Gw jadi bingung mau ngapain”
“Emang dasar gwnya aja yang bego. Harusnya gw tau kalau Cuma dimanfaatin doang”
“Udah, sabar aja. Mungkin dia emang ga pantas buat lo”
“. . .”
“Kita makan di luar yuk?”
“Ya udah. Tunggu, gw siap siap dulu”

Selama mereka makan, Rio tak henti-hentinya menelpon Voni. “Apa sih maunya? Ga cukup apa dah dapat mobil gitu?” Reject. Matiin hape

* * *

Malamnya Voni curhat ke Doni. Dia menceritakan bagaimana siang tadi dia sudah capek-capek ke rumah Rio, mendengar percakapan Rio, dia menampar Rio, dan bagaimana Rio mengganggu makan siangnya dengan Silvi.
Doni menawarkan diri untuk menghajar Rio sampai jadi bubur *lebay*, tapi ditolak Voni “Percuma Don, dia ga pantes menerimanya. Tunggu aja sampe gw sewa mobil perata jalan buat lindas dia. Mau gepeng gepeng dah!”. Doni memikirkan kata-kata Voni. Dari nada bicaranya, kelihatannya Voni masih suka sama Rio. Dia kecewa berat karena dipermainkan Rio. Dia harus bicara dengan Rio. Doni langsung menelpon Rio, mengajaknya ketemuan sepulang sekolah untuk membicarakannya. Rio setuju.
* * *

“Von, gw mau ngomong sesuatu sama kamu. Gw tunggu di cafe nanti malam jam 7” Doni mengirim sms ke Voni.
“Ngomong apa?”
“Udah, datang aja. Penting nih”

Penting kok malam-malam? Pikir Voni. Dia bersiap untuk ke cafe dan mengajak Silvi. Di Cafe, dia terkejut melihat Doni duduk di samping Rio. Langsung aja dia mengambil ancang-ancang berbalik siap pergi tapi ditahan Doni.

“Apaan sih? Kalau gw tau lo ngajak dia juga ga bakal gw mau datang”
“Makanya gw ga bilang karena gw tau lo pasti ga mau”
“Don, minggir. Gw aja eneg liat mukanya” Sambung Silvi.
“Tunggu. Oke, lo cukup dengerin gw aja. Ga usah ngeliat dia. kalau perlu gw usir dia ke tempat jauh dulu sampai lo selesai dengerin gw”

Setelah mereka duduk, Doni mulai berbicara “Von, waktu itu Rio lagi nyiapin kejutan untuk lo sama temen-temennya”.”Oh, kejutan? Tau kalau gw cuma dijadiin taruhan aja udah cukup buat gw terkejut” Kata Voni sinis. “Denger dulu. Gw belum selesai”
Rio ternyata juga naksir Voni. Mereka berdua sama-sama takut memulai. Saat mereka mulai berhubungan Dewa menantang Rio untuk pacara dengan Voni selama 1 bulan. Tantangan itu berada di luar perhitungan Rio. Tapi Rio ga pernah menerima tantangan itu.

“Tunggu, tunggu. Gw potong bentar”
“Kenapa?”
“Gw ingat bener kalau Rio bilang ‘Mana kunci mobil lo? Gw udah menang’. Bukannya itu berarti Rio udah nerima tantangan itu?”

Setelah Rio mengatakan itu, Voni sudah tidak mengetahui kelanjutannya karena dia pulang setelah menampar Rio. Rio mengembalikan kunci itu sambil berkata “Wa, ini kunci mobil lo. Gw pacaran sama Voni bukan untuk dapatin mobil lo. Gw emang udah lama suka sama dia. lagian gw ga pernah bilang kalau gw nerima tantangan lo kan?”
Voni terdiam. Coba kalau waktu itu dia mau mendengar penjelasan Rio sampe selesai. Dia menatap Rio.

“Bener Ri?” Tanya Voni.
“ Iya. Gw udah coba jelasin ke lo tapi telpon gw ga diangkat-angkat”
“Don, kenapa lo mau repot-repot bikin kita balikan?”
“Feeling gw yang bilang kalau lo masih suka sama dia. ternyata bener kan? Gw lebih seneng kalau liat lo bahagia. Kalau Rio berani nyakitin lo, gw hajar dia sampe jadi bubur”
“Gimana Ri? Berani terima resiko?” Tantang Silvi
“Anything for love” Kata Rio. Ceileh...
“Oh ya, gw juga mau kasih pengumuman. Gw dan Silvi hari udah jalan sebulan”

“Hah?” Voni kaget. “Kok lo ga bilang-bilang sih Vi?” tuntut Voni. “Hehe, kejutan...” Kata Silvi. Mereka menikmati malam indah itu sambil menikmati jus. Lah? Kok jus? Ya emang itu yang dipesan mereka. Gimana sih lo?

6 komentar: