Senin, 12 November 2012

Desainer Mimpi *Part 4*



“Apa ini?” Tanya Yume kebingungan melihat sekelilingnya. Yume dan Ren sedang berada di sebuah kota pada abad pertengahan. Di Kejauhan terlihat sebuah istana dengan 6 menara di sekelilingnya.
“Ehehe...” Ren tertawa dengan gugup sambil menggaruk kepalanya.
“Jangan katakan kalau kamu ketiduran sewaktu asik main game”
“I, iya. Aku baru donlot game baru. Keren banget. Ceritanya tuh tentang sebuah kerajaan yang...”
“Stooopp!!! Aku ga perlu tau!” Kata Yume memotong pembicaraan Ren.
“Uuuuu.... Yume jahat. Jalan-jalan yuk”
“Eh? Kamu ga mau ganti ke sekolahmu? Ga mau ngatur kejadian buat besok?”
“Ga ah. Lagi males. Lagian jarang-jarang aku bisa jalan-jalan di dunia game gini”

Mereka pun menyusuri kota itu. Penduduknya ramah-ramah. “Sudah kuduga, mimpi yang paling menyenangkan pasti tentang game” Kata Ren bersemangat. Yume duduk di bangku dekat air mancur sambil melihat Ren bermain kejar-kejaran dengan anak-anak. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan mencoba gaun-gaun, membeli jajanan, minta dilukis, dan lainnya. Tanpa terasa hari sudah gelap. Para penduduk segera menutup dan mengunci rumah mereka. Suasana langsung menjadi mencekam.

“Hei, Ren. Ada apa dengan mereka?” Tanya Yume.
“Umm... oh iya, gamenya emang gini. Tentang kerajaan yang berada di dalam kekacauan karena ulah kabut berwarna ungu yang mereka sebut Mist. Biasanya Mist datang saat matahari terbenam. Para penduduk banyak yang hilang dalam Mist. Pemeran utama game ini yaitu 6 Putri yang ingin menyelamatkan kerajaan ini. Mereka akan pergi mencari tahu asal Mist” Jelas Ren
“Hoo... Trus? Trus?” Tanya Yume.
“Hei, kok kamu jadi tertarik gini? Mau coba gamenya?”
“Enggak. Kali aja kita bisa gunain pengetahuanmu untuk tau apa yang harus dilakukan sama mimpimu yang sekarang ini.”
“Aku kan baru mulai main, jadi ga begitu tau. Lagian ga seru kan kalau kita udah tau apa yang bakal kita hadapin?” kata Ren ringan sambil tersenyum.

Langit semakin gelap. Penglihatan mereka sedikit kabur walaupun sudah ditemani lampu kota. Mereka semakin merapat. Wajah mereka khawatir, tapi sigap. Perlahan Mist mendatangi mereka.

“He, Hei Ren! Apa itu Mist nya?” Tanya Yume
“Yup. Liat aja warnanya”
“Trus apa yang harus kita lakukan?”
“Aku udah mikirin itu kok”

Ren merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mist melewati mereka begitu saja. Mist itu seperti menabrak tembok. Area di sekitar Ren dan Yume tidak bisa didekati Mist.

“Aku tinggal manipulating Mist nya aja. Kalau di game, kita bakal melawan berbagai monster dalam Mist. Tapi aku ga mau bertarung sebelum kita bertemu 6 putri itu. Kita cari mereka yuk?” Kata Ren sambil menarik tangan Yume. Mereka berlari kecil menuju istana. Selama perjalanan, Mist selalu menjauh dari mereka. Tiba-tiba mereka mendengar suara besi yang beradu di kejauhan. Mereka mempercepat langkah mereka dan melihat 6 gadis sedang melawan monster Mist yang terlihat seperti serigala dengan ukuran sebesar beruang. 3 Gadis terlihat sudah kewalahan, dan 3 lainnya masih berjuang melindungi 3 yang pertama. “Itu mereka! Kita harus menolongnya!” Kata Yume. Ren tidak perlu diberitahu. Dia langsung memunculkan 2 pedang dan menyerbu untuk menolong mereka Yume kali ini menggunakan palu dan pistol. Manipulating dilepaskan Ren karena dia sudah menemukan para putri. 4 monster sekaligus tiba-tiba menerjang dari belakang para putri. Mereka tidak menyadari monster itu karena terlalu sibuk dengan monster di depan.

Ren menangkis terjangan monster yang terdekat, dan meluncur melewati perut monster itu. Sambil meluncur, Ren menyobek secara vertikal perut monster itu dengan pedangnya. Monster itu tumbang. Ren langsung bangkit dan menyambut monster kedua. Monster itu memajukan kaki depannya untuk meraih Ren. Ren maju di antaranya dan membalik badannya lalu menopang badannya dengan tangan di tanah. Kakinya digunakan untuk menjepit kepala monster itu, lalu dengan 1 gerakan cepat dia membanting monster itu ke tanah. Monster itu langsung terbaring lemas dengan Ren berdiri dengan anggun di dekat kepalanya. Tanpa membuang waktu, Ren melompat sampai beberapa meter lalu menikam monster itu. Baju dan pedangnya dipenuhi darah monster.

Di sisi lain, dengan palunya, Yume melempar palunya ke arah monster terdekat membuat monster itu jatuh. Dengan pistolnya Yume langsung menembak 5 kali. Anehnya, pelurunya tidak langsung mengenai monster itu, tapi berhenti di udara dan membentuk sudut-sudut di pentagram. Peluru-peluru itu berputar perlahan lalu langsung melesat menuju monster. Putaran peluru-peluru itu menambah kemampuan penetrasinya sehingga dapat menembus tubuh monster hingga membuat lubang dinding rumah di belakangnya. Palu yang dilempar Yume terbang kembali ke Yume.

Yume menghadapi 1 monster lagi. Monster itu menyadari kemampuan musuhnya, sehingga dia menantang Yume seperti sedang memperhitungkan tindakan berikut. Lalu, Monster itu berlari ke arah Yume dalam jalur yang aneh. Kiri, kemudian kanan, lalu jauh ke arah kiri, sehingga sulit untuk dibaca. Yume memukul tanah sekuat tenaga membuat gelombang yang menyebar seperti riak air. Monster itu terjatuh karena tanah yang tidak stabil. Yume kembali melempar palunya. Palu itu menghantam monster itu, tidak Cuma sekali, tapi berkali-kali. Palu itu memantul setelah mengenai monster itu, lalu kembali meluncur ke monster itu berkali-kali sampai monster itu tidak berdaya. Palu itu kemudian kembali ke Yume. Yume melempar palunya ke atas dan palu itu turun dengan gerakan memutar secepat bor listrik menembus monster. Monster itu mengeluarkan teriakan kesakitan lalu berhenti bergerak.

“Wow... Yume, palu apa itu?” Tanya Ren kagum
“Ini? Ini Cuma palu biasa kok” Jawab Yume
“Masa? Kok dia seperti punya pikiran sendiri? Gerak-gerak bebas gitu. Trus pistolnya juga aneh” Kata Ren tidak yakin dengan jawaban Yume.
“Hahahaha, ini salah satu teknik Creating. Kamu bisa kendaliin benda hasil Creating semau kamu. Makanya palu ini bisa gerak-gerak kayak tadi. Tadi juga aku yang kendaliin peluru pistol itu” Jelas Yume.
“Keren... . Aku bisa coba ga?” Tanya Ren bersemangat. Yume mengangguk.

Ren kemudian perlahan melepaskan kedua pedangnya. Pedang itu melayang di udara, lalu saling mendekatkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti pisau pemotong di blender. “Ahahahaha, aku ga pernah tau kalau Creating bisa sekeren dan sepraktis ini” Kata Ren senang. “Udah cukup senang-senangnya. Kita tolongin mereka dulu.” Kata Yume sambil menunjuk para putri yang dari tadi terkejut melihat aksi mereka salmbil terus bertahan melawan Mist. “Eh, biarin aku aja. Aku pengen cobain itu” Kata Ren.

Ren langsung memunculkan 6 pedang sekaligus. Pedang-pedang itu berputar mengelilingi Ren dengan ujungnya menghadap ke bawah. “Kalian istirahat aja. Biar aku yang urusin mereka.” Kata Ren pada para putri. Mereka mengangguk dan perlahan mundur menuruti Ren. Pedang-pedang Ren sudah berhenti berputar dan melayang dengan ujungnya kali ini menghadap ke depan. Seekor monster maju menyerbu Ren. Pedang-pedang Ren langsung maju. Gerakannya sangat cepat sehingga bahkan Yume pun sulit melihat apa yang dilakukan pedang-pedang itu. saat berikutnya, monster itu berhenti di udara dan meledak menjadi serpihan dadu. “Yayy!!! Gimana Yume? Potonganku rapi kan?” Tanya Ren sambil tersenyum. 5 pedang Ren berpisah dan masing-masing menghadapi 1 monster. Ren mengambil 1 pedang yang tidak ikut menyerbu dan mendatangi satu monster yang tidak dihadapi pedangnya.

“Tidak mungkin. Dia bisa mengendalikan semuanya secara terpisah seperti itu? Apalagi dia baru pertama kali melakukan Control” Gumam Yume. Wajahnya terlihat jelas menyiratkan rasa terkejutnya. Ren menantang monster di depannya, terlihat berkonstentrasi. Keenam monster itu sendiri terpaku di tempatnya. Mereka seperti menyadari kalau musuh mereka kali ini berbahaya. Ren berlari menyerang monster di depannya. Pedang-pedang Ren pun langsung ikut bergerak menyerang lawan mereka. Ren melakukan tebasan vertikal, tapi meleset karena monsternya bergerak ke samping. Monster itu menaikkan salah satu cakarnya. Ren yang seperti sudah mengantisipasi hal tersebut melompat sambil berpijak di cakar yang bergerak kearahnya. Ren langsung menendang monster itu di muka, membuat monster itu terlempar kearah Yume. Yume mengambil ancang-ancang untuk lanjut menyerang monster itu, tapi anehnya monster itu tiba-tiba melayang ke atas. Di bawah perutnya Yume melihat kilatan cahaya bulan yang dipantulkan pedang Ren. Ternyata setelah menendangnya, Ren langsung melempar pedangnya. Pedang itu terbang dengan membawa monster itu, lalu turun secepat peluru. Hantaman monster itu membuat tanah serasa bergetar. Pedang di perut monster itu tercabut dan melayang perlahan ke arah Ren.

Di sisi lain, pedang-pedang Ren berhasil membuat kewalahan para monster. Mereka terlihat enggan untuk melanjutkan pertarungan. Sebuah pedang bergerak dengan cepat menghantam monster musuhnya. Pedang itu begitu cepat sampai-sampai monster itu tidak punya waktu menghindar dan diapun melayang ke arah Ren. Dengan pedang yang dipegang dengan mantap, Ren menyambut monster itu dengan tebasan dari bawah, membuat monster itu melayang ke atas sangat tinggi. “1” Pikir Ren. Pedang berikut kemudian menggabungkan kedua pegangannya dan mulai berputar seperti percobaan pertama Ren tadi, dan terbang menuju monster terdekat tapi meleset karena dia melompat. 2 pedang yang berputar itu mengarah ke Ren. Dengan pedangnya, Ren memukul balik pedang itu. Impact dari pukulan Ren membuat pedang itu memantul kembali lebih cepat lagi dan mengenai monster yang tadi melompat. “2” Pikirnya.

3 monster yang lain memutuskan untuk menyerang Ren. Ren menghindari terjangan monster pertama yang mencapainya dengan lompatan salto dan langsung menendang kepala monster itu sampai menghantam tanah. Tidak berhenti di situ, Ren langsung melompat lagi menuju ke monster pertama yang masih melayang karena tebasannya membuatnya melayang sangat tinggi. Ren membelokkan badannya dan menendang monster itu ke tanah sekuat tenaga. Monster itu menghantam monster yang tadi terkena tendangan salto Ren. Satu pedangnya melayang ke Ren yang langsung dia lempar menusuk perut kedua monster itu. Tidak cukup sampai situ Ren menjatuhkan lututnya tepat di leher kedua monster itu. “3” Pikir Ren.

2 monster lain sudah berada di kiri dan kanan Ren dan tanpa menunggu lebih lama, mereka sama-sama maju menerjang. Yang satu mengarah ke kepala Ren, dan satunya ke kaki. Ren dengan anggun melepas pedangnya dan memiringkan badannya. Kakinya tidak lagi berada di tanah untuk menghindari penyerang kakinya. Ren melayang diantara 2 monster itu, lalu tangannya memegang leher keduanya dan dia memutar badannya. Yang tadi berada di atas dan mengincar kepalanya dibanting ke tanah, dan yang mengincar kakinya di buang ke atas. Dia langsung mengambil kembali pedangnya yang bahkan belum menyentuh tanah sejak dia lepaskan tadi dan menyambut monster yang jatuh ke arahnya dengan tebasan vertikal. Monster itu terbelah 2 sambil kakinya mematahkan leher monster di bawahnya, dan sebagai penutup, pedangnya ditancapkan di kepala monster yang lehernya sudah di patahkan. “Nah, dengan begitu jadi 5” Kata Ren sambil tersenyum.

Yume melongo. Ren terlalu luar biasa untuk disebut sebagai Dreamer pemula. Dia melakukan semuanya seolah-olah ini hal yang biasa untuknya.

“Oi... Ren... jangan terlalu sadis begitu” Kata Yume
“Ehehe, sori... aku kebawa suasana. Abisnya kapan lagi punya kesempatan bisa niru anime gini? Aku jadi ngerasa keren!” Kata Ren.
“Oh ya, aku liat kamu sering banget pake pedang. Senjata favoritmu ya?”
“Enggak. Aku sebenarnya ga suka senjata yang bisa ngelukain orang. Tapi mereka kan bukan orang. Aku pilih pedang karena lebih efisien aja”
“Oh... aku serem ngebayangin kalau ternyata kamu psikopat yang suka liat darah”
“Uh... cewek seimut aku ga cocok dengan imej seperti itu” Kata Ren cemberut.

Ke 6 putri yang sudah diselamatkan mereka menatap mereka dengan kagum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar