Kamis, 01 November 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 6*

"San, lo serius mau bantuin gw kan?" Tanya Romi ragu-ragu.
"Iyalah. Ogah gw diikutin lo terus dari belakang. Apa-apa ga bebas" Sandy.
"Lo jangan ngomong gitu lah, gw ngerasa jadi beban"
"Sori kalau kasar, tapi emang gitu. Gw mau mandi, mikir elo. Mau tidur, mikir elo."
"Lo kayak lagi kasmaran sama gw"
"Setan"
"Emang. Week... . Eh, kalau lo mau bantuin gw, kok lo gituin Siska sih?"
"Gituin gimana?"
"Ngomong to the poin gitu. Kan kasian dia. Bisa-bisa dia jadi ilfil sama lo"
"Jangan sok tau. Gw tau apa yang gw lakuin"

Setelah berkata begitu Sandy pergi ke sebuah cafe. Di sana dia duduk memesan cake coklat dan jus wortel.

"Ngapain lo kesini? Ini kan cafe favorit gw dan Siska" Tanya Romi keheranan.
"Gw emang nungguin dia kok"
"Eh? Emang lo udah janjian ke sini?"
"Enggak. Gw tau aja dia bakal datang"

Selesai berkata begitu, dari pintu masuk muncul Siska.

"Bener kan gw bilang?"

Siska memanggil pelayan. Selesai mencatat, pelayan itu pergi mengantarkan order ke dapur. Siska duduk menunggu sambil melihat sekeliling dan tatapannya jatuh pada Sandy yang sekarang menukmati jus wortelnya. Siska sedikit terkejut. Dia tidak pernah melihat Sandy datang ke sini sebelumnya. Siska teringat percakapan mereka kemarin di kantin kampus tentang Romi. Sedikit ragu-ragu, Siska beranjak menghampiri Sandy.

"Hai San. Boleh duduk di sini?"
"Um" Kata Sandy tanpa menatap Siska. Masih asik dengan jus wortelnya.
"Aku baru pertama liat kamu ke sini. Atau kamu emang sering kesini tapi kita jarang berpapasan"
"Enggak. Aku emang baru pertama ke sini. Ada temanku yang bilang kalau cakenya enak"
"Iya. Aku juga suka di sini. Tempatnya sejuk. Cakenya juga emang enak"
" . . . "
"San?"
"Kamu mau ngomong apa?"
"Eh?"
"Ga usah muter-muter. Ada perlu apa sama aku?"
"Eh... itu... tentang kemarin. Aku mau minta maaf"
"Ngapain minta maaf? Kamu ga ada salah kok"
"Gi gimana yah? Aku kaget kamu tiba-tiba ngomong gitu"
"Oh..."
"Yang kamu bilang kemarin itu serius?"
"Apa aku keliatannya becanda? Kalau itu cuma bercanda, aku udah keterlaluan."
" . . . "
"Kamu masih ga bisa relain dia?"
"I, Iya..."
"Gitu? Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Yaudah kamu habisin aja waktumu dengan sia-sia nyesalin kepergian dia"
"Sia-sia? Ini karena aku cinta sama dia!"
"Oh, trus apa yang kamu harapin dengan terus nyesalin dia begini? Kamu nangis-nangis, atau apapun ga akan balikin dia"
"Dia memang ga bakal balik lagi, tapi setidaknya dia bakal hidup dalam ingatanku"
"Kamu tetap ingat dia beda dengan kamu ga relain kepergian dia."

Kalimat terakhir Sandy membuat Siska terdiam. Perlahan air mata mulai membasahi pipinya. Dia menggeleng-geleng dengan kuat seakan tidak ingin menerima kenyataan yang diutarakan Sandy. Sambil menangis dia pergi dari cafe itu.

"Siska!" Romi memanggilnya, tapi sia-sia. Siska tidak akan bisa mendengar suara Romi lagi. Itu sudah pasti.
"Sori Rom. Tapi kalau gw ga kayak gini, bakalan susah untuk Siska relain lo dan membuka hatinya untuk orang lain"
"Oke, gw ngerti. Gw udah serahin nasib gw ke elo, jadi gw harus ikutin semua cara lo"
"Thanks" Sandy tersenyum. Dalam hati dia sedikit kasian sama Siska.
"Gw senang lo peduli sama dia dan gw gini."
"Hah?"
"Gw kan bisa baca suara hati lo"
"Huh, curang"
"Ngomong-ngomong..."
"Ngomong-ngomong kenapa?" Tanya Sandy, tapi Romi cuma berkedip
"Nanti juga lo tau. Gw punya 2 info. Yang satu dari gw, dan satu lagi dari malaikat maut"
"Yang dari malaikat maut dulu deh. Info lo gw ragu kebenarannya"
"Sialan. Oke, bentar lagi Angel nelpon"
"Hah? Cumpah? Ciyus? Miapah?" Kata Sandy membuat Romi memandangnya dengan tatapan 'Oh-My-God'
"Yang dari gw.... tuh" Dia menunjuk pelayan yang datang membawa cheese cake dan jus jeruk.

Pelayan itu sebentar mencari-cari, lalu mendatangi Sandy

"Mas, mas temannya cewek yang tadi ya?"
"Iya"
"Temannya mas ke mana? Ini pesanannya"
"Wah, kayaknya udah pulang mba"
"Kalau gitu mas harus bayar punya mba tadi juga"
"Hah?!"

Dengan berat hati Sandy mengeluarkan 1 lembar 50ribuan terakhir di dompetnya. Di sampingnya Romi tertawa dengan senang hati. Setelah memberi tatapan 'Kucekek-kau-nanti', handphone Sandy berbunyi. Telpon dari nomor yang sama sekali asing bagi Sandy. Kelihatannya ini nomor luar negeri. Mungkinkah?

"Ha, ha, halo?" Kata Sandy dengan gemetar saking bersemangatnya.
"Halo San, ini aku" Kata suara di seberang telpon
"Angel?!"

(bersambung)

Next, aku mau bagi cerpen ini dalam 2 rute. Rute Angel, dan rute Siska. Ini gara-gara aku lagi getolnya dengan Visual Novel :D. Maksudnya dengan rute itu artinya jalur ceritanya. 2 Rute ini *hopefully* mempunyai ending yang berbeda satu dengan yang lain. Menurutku sih ga ada salahnya kucoba. Jadi memberi variasi ke pembaca :)

Untuk bedain Rutenya, judulnya bakal jadi "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Angel*", dan "R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 7: Siska*". Wish me luck guys :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar