“Eh, San, lo
ngerasa ada yang aneh ga sama Siska?” Tanya Romi sepulang mereka dari kafe.
“Lo juga?
Iya, perasaanku daritadi ga enak” Jawab Sandy
“Gw seneng
sih liat Siska ceria kayak tadi, ngobrol-ngorbol gitu, tapi gw dapat kesan
kalau dia pura-pura aja”
“Entahlah,
gw belum lama dekat sama dia, jadi gw ga begitu tau. Tapi kalau lo sendiri udah
bilang gitu, berarti mungkin bener kalau dia nyembunyiin sesuatu. Eh, lo ke
tempatnya gih. Cari tau apa yang dia sembunyiin”
“Sip!!”
Romi pun
melayang menembus atap kosan dan pergi ke rumah Siska. Sesampainya di rumah
Siska, Romi melihatnya sedang menangis tersedu-sedu sambil tidur memeluk boneka
beruangnya. Yah... mungkin dia memang masih sedikit berduka pikir Romi. Romi
duduk di samping Siska dan membelai rambut Siska, berharap dia bisa melakukan
sesuatu untuknya. Siska terus menangis sampai dia tertidur kecapekan baru
setelah itulah Romi pulang.
“Rom, lo
ngapain aja sih? Lama amat” Omel Sandy.
“Siska Cuma
nangis aja. Sekarang dia ketiduran” Kata Romi mengabaikan Sandy yang
ngomel-ngomel.
“Huh...
kalau gitu kembali lebih cepat dong... gw juga mau tau dia ngapain aja setelah
ketemuan tadi. Perasaan gw ga enak soalnya”
“Udah,
tenang aja. Oke?”
* * *
Keesokan
harinya Siska ga masuk kuliah yang menurut Sandy aneh banget. Siska bukan tipe
pembolos. Bahkan kalaupun sakit, dia mati-matian berusaha tetap ikut kuliah.
Karena itu selesai kuliah, Sandy langsung menelpon Siska, tapi ga
diangkat-angkat. Pas kuliah pagi tadi Sandy udah menyuruh Romi nengokin Siska
dan katanya Siska sedang tidur. Ya sudahlah, mungkin Siska lagi ingin
menenangkan dirinya. Selama ini kan Siska menyiksa diri dengan selalu mikirin
Romi, pikir Sandy.
Atau begitu
pikirnya, sampai Romi berkata kalau Siska masih tidur sampai sore ini. Itu...
jelas tidak normal kan? Telpon Sandy masih tidak diangkat juga. Akhirnya Sandy
memutuskan untuk pergi ke rumahnya. Rumahnya sepi, dan Sandy hanya disambut
pembantunya. Sepertinya ibu Siska belum pulang kerja. Kata pembantunya, Siska
tidak ingin kuliah hari ini dan pergi tidur setelah menghabiskan sarapannya.
Tapi Siska tidak turun untuk makan siang jadi pembantunya membawakan makanan ke
kamarnya karena tidak ingin mengganggu tidur Siska.
Sesampainya
di kamarnya, Sandy melihat kalau makan siangnya tidak disentuh Siska sama
sekali. Sandy langsung buru-buru menghampiri Siska
“Siska!
Siska!!!” Panggil Sandy sambil mengguncang tubuh Siska yang lemas, tidak
merespon Sandy. Sebuah kotak kecil terjatuh dari tangannya. Sandy terkejut
melihat kotak itu yang ternyata bungkusan obat. Obat tidur
(Bersambung)
Soriii.....
kelamaan updet -_-