Kamis, 18 Oktober 2012

R.I.P (Relakan Ia Pergi) *Part 4*

Sandy akhirnya setuju membantu Romi, yang keliatannya malah lebih karena diancam. Kalau Sandy ga nolongin dia bakal diikutin sama Romi yang udah menggila karena kelamaan di dunia manusia. Ga enak banget kan?

"Ngomong-ngomong kenapa lo ga kasih tau sendiri aja ke Siska supaya relain lo? Pake surat atau apa kek kalau ga bisa ngomong langsung kayak gini" Tanya Sandy penasaran.
"Aturannya emang gitu. Semua arwah itu kan pada hakikatnya ga ada lagi hubungannya sama manusia. Makanya gw ga bisa berkomunikasi sama Siska baik ngomong langsung kayak gini atau lewat surat atau apalah."
"Tapi kok lo bisa ngobrol sama gw gini?"
"Lo kondisinya berbeda. Karena lo punya kemampuan ngeliat hal gaib gini, kita katakan saja kalau lo punya ijin khusus berkomunikasi dengan arwah"
"Trus, kalau seandainya lo ngelanggar dan tetap kontak Siska gimana?"
"Gw selamanya ga bakalan diijinin lewatin gerbang dunia akhirat dan hidup di dunia manusia karena udah lakuin pelanggaran paling berat nomor 1 dalam Undang-Undang Perarwahan. Gw ga usah ingatin lagi apa jadinya arwah di dunia manusia"
"Oke deh, gw ngerti. Gw bakal bantu lo. Sekarang kita mulai rencana dekatin Siska. Kasih tau semua yang lo tau tentang dia. Kali aja nanti gw butuh untuk PDKT. Haduh, gw jadi ngerasa kayak di anime 'World God Only Know' nih"
"Apaan tuh?"
"Nevermind."
"Oke. Erasing recent memory"
"Ngapain lo?"
"Kan lo tadi suruh lupain aja"

Bantal pun melayang menembus Romi.

"Hahahaha, ngapain lo? Gw kan hantu. Ga bakalan kena deh. Siska tuh teman sekelas lo kok"
"Ho... Siska yang itu?"
"Emang ada berapa banyak Siska yang kamu kenal?"
"Cuma dia sih, tapi di Indonesia sendiri yang namanya Siska kan juga banyak"

Sandy dan Siska emang sekelas, tapi ga begitu dekat. Alasannya simpel. Sandy ga pede gabung sama orang pinter. Romi rencananya bakal ngajarin Sandy trik-trik yang dia pake dulu waktu dapatin Siska. Kali aja berhasil lagi.

"Ya udah deh, karena emang lo lebih tau tentang dia, jadi gw nurut aja" Kata Sandy

***

"Rom, lo yakin ini bakal berhasil? Gw sama sekali ga yakin nih!" Sandy mengetik di hapenya. Cara ini lebih mantap digunakan untuk bicara dengan Romi, karena kalau berbisik kan masih aja bisa didenger orang. Dalam tingkatan yang lebih gawat lagi kalau kita ampe dituduh ngucapin mantra enteng jodoh. Romi mengacungkan jempolnya. Dengan enggan, Sandy berjalan mendekati Siska.

"Hai Sis."
"Eh, San, ada apa?"
"Pinjem buku catatan dong. Tadi ga sempet nyatet. Dosennya ngerocos mulu"
"He? Tumben banget kamu dateng ke aku. Ada apa nih?"
"Aku pengen belajar"
"Kamu.... pengen.... belajar?"
"Reaksinya ga enak bener"
"Hahaha, sori. Bentar yah?" Siska mencari-cari dalam tasnya.
"Sis, pulpenmu jatuh tuh" Tunjuk Sandy
"Mana? Ini bukan punyaku kok"
"Ya udah, kasih aku aja. Lumayan daripada harus beli lagi"
"Huu.... dasar. Nih bukunya. Aku balik dulu yah?"
"Oke... makasih Sis"

Romi memberi jempol pada Sandy. Rencana mereka berjalan mulus seakan baru saja make body lotion yang dikombinasikan dengan tisu galon.

Apa yang baru saja dilakukan Sandy? Apa rencananya dengan Romi? Next... R.I.P *part 5*

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar